Usia 75 Tahun Bukan Halangan Untuk Ikut Berburu
“This fishery is regarded as one of the most dangerous in the world “
Penangkapan Abalone, termasuk salah satu hobi paling berbahaya di dunia. Seperti yang ditulis oleh WA Today. Buktinya, 3 bulan lalu, seorang pria ditemukan tewas di sekitar Ocean Reef. Hal ini terjadi, karena ia memisahkan diri dari rombongan, sehingga terluput
dari pantauan penjaga pantai.
Namun, untuk mencegah jatuhnya korban lain, maka pemerintah negara bagian Australia Barat, melalui departemen perikanan, telah memperketat aturan berburu Abalone ini.Karena kalau tidak hati-hati, dari tempat yang awalnya kedalaman cuma 50-60 cm, tiba tiba bisa saja bisa terperosok di tempat yang dalam. Dapat berenang, bukanlah jaminan keselamatan, karena ada faktor karang yang sangat tajam menanti di bawahnya. Karena itu harus sungguh sangat hati-hati.
Walaupun selama ini, ada volunteer yang berada dalam wadah Surf Live Saving, selama satu jam berlangsungnya penangkapan Abalone ini, namun tak urung beberapa korban sudah jatuh. Seperti dilansir oleh WA Today: “This year we are also looking closely at fisher
safety given the high level of preventative and rescue lifesaving services that are undertaken, principally by Surf Life Saving WA, during the one-hour fishing periods, especially when weather conditions are not ideal for abalone fishing,” (http://www.watoday.com.au/wa-news)
Harus Melalui Bukit Karang Terjal
Untuk bisa ikut dalam perburuan Abalone ini, harus ada izin dari pemerintah. Surat izin saya, diuruskan oleh putra kami, sehingga saya bisa ikut dalam olahraga menantang ini. Saya sudah 4 kali ikut perburuan Abalone, maka dapat merasakan betapa sangat berbahayanya lokasi yang harus dilalui, sebelum tiba di tempat perburuan. Ada dua cara untuk dapat tiba di lokasi, yakni: melalui laut atau mendaki bukit karang yang sangat tajam dan terjal.
Pada awalnya, saya dan putra kami mencoba mengambil jalan laut. Tapi begitu masuk ke laut dan bergerak beberapa langkah, tiba-tiba ombak datang. Akibatnya, kami hampir saja terhempas pada batu karang yang ada disana. Karena itu kami memutuskan untuk mengambil jalan lain, yakni merangkak di atas bukit karang yang tajam dan curam serta licin
Harus sangat hati-hati, karena salah melangkah atau tergelincir maka dipastikan tubuh akan tersobek-sobek oleh batu karang yang tajam bagaikan pisau. Berkali-kali putra kami, mengingatkan agar saya berhati-hati.
Berburu Di Laut Merupakan Tantangan
Ketika baru saja menarik nafas lega dan bersyukur, berhasil selamat melewati rintangan, akhirnya tiba di lokasi perburuan. Kami harus menunggu peluit dibunyikan dengan kibaran bendera, pertanda perburuan dimulai, Ombak yang cukup besar, membuat tubuh terhuyung
huyung. Dalam kondisi seperti ini, harus bisa menandai mana yang batu karang dan mana yang Abalone. Begitu tampak sekilas Abalone membuka cangkangnya, maka tangan harus bergerak cepat memasukkan obeng. Kalau sudah menutup, tidak bakalan bisa dibuka.
Nah, bukan berarti sembarang Abalone boleh diambil, tapi harus sesuai dengan ukuran minimal yang diwajibkan. Karena itu sebelum dicongkel, alat pengukur sudah harus dapat memperkirakan apakah sudah sesuai ukurannya atau belum. Kalau nekad dan bersikap masa bodoh, mengambil semaunya, tiba di pantai akan diperiksa dan diukur ulang. Bila kedapatan, mengambil Abalone lebih dari maksimal 15 ekor atau ukurannya ada yang di bawah ukuran minimal, maka bersiaplah menerima denda 200 dolar.
Dipantau Oleh Helikopter
Disamping belasan life guard yang mengawasi jalannya perburuan dan sekaligus menjaga keselamatan seluruh peserta, tampak helikopter juga ikut memantau dari atas. Satu jam berada di laut, walaupun hanya kedalaman setinggi pinggang, namun ombak yang cukup kuat, tak urung menguras energi. Begitu peluit panjang dibunyikan, maka serentak, semua peserta sudah harus berhenti berburu Abalone. Kami bersyukur, masing-masing mengantongi 15 ekor Abalone.
Saya pernah melihat Abalone di Restoran China di Genting Resort, Malaysia. Harga perekor adalah 330 ringgit Malaysia atau setara sekitar satu juta rupiah, untuk satu ekor Abalone yang sudah siap saji. Tapi saya ikut berburu, bukan karena harganya mahal, melainkan untuk mengalahkan ketakutan yang ada dalam diri saya. Karena kemenangan yang sesungguhnya, bukanlah ketika kita mampu mengalahkan orang lain, melainkan justru apabila kita mampu mengalahkan diri sendiri.
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
Tjiptadinata Effendi