9 AGUSTUS 2018 – Pak Prabowo Subianto resmi mendeklarasikan sebagai Presiden dan dia memilih Sandiaga Uno sebagai wakilnya, ini menjadi awal sejarah 2018 bahwa lawan Jokowi bersama KH Amin Maruf adalah Prabowo – Sandiaga.
Jika Pendukung Prabowo – Sandi berteriak dan mengelu-elukan nama Prabowo – Sandi itu adalah Hak asasi mereka.
Jika Pendukung Jokowi – Amin Maruf berteriak dan mengelu elukan nama Jokowi – Maruf itu adalah Hak Asasi mereka.
Tetapi kenapa harus ada Gerakan #2019GantiPresiden? kenapa tidak sebut saja Gerakan #2019PrabowoSandi atau #2019DukungPS?
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menepis tudingan yang dilontarkan kubu pendukung pemerintah Joko Widodo dan Gerakan Pemuda Anshor soal aksi 2019 ganti presiden ditunggangi kelompoknya.
Melihat berita di media massa terkemuka, kita masyarakat awam bisa saja percaya, tetapi apakah masih bisa percaya ketika melihat jika kita menonton Video Clip Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dan Ex Jubir HTI Ismail Yusanto yang meneriakkan Ganti sistem didalam videonya?
Apalagi jika kita melihat bermunculan foto spanduk bertuliskan “Saatnya Khilafah ditegakkan”, “Mewujudkan Negara Islam Indonesia” dan hal hal senada lainnya. Ini jelas jelas bahwa mereka akan melakukan perubahan Sistem Ideologi Pancasila yang dicover dengan hasrat perubahan Presiden.
Ini jelas makar tersembunyi, apalagi selalu saja didengungkan saat Pak Presiden Jokowi masih menjabat sebagai Pemimpin sah di NKRI.
Penulis merasa bersyukur sekali bahwa masyarakat Surabaya, Pekanbaru dan lainnya hanya mencegah paham Makar jenis baru berakar dan menyebarkan terorisme di wilayahnya. Mereka coba melakukan tindakan-tindakan melawan hukum dan melawan polisi.
Memberontak dan terus menerus memancing emosi polisi yang bertugas.
Tujuan kelompok #2019GantiPresiden ini hanya satu; rusuh. Maka mereka melakukan segala cara agar terjadi kerusuhan di Surabaya. Dan setelah dilakukan analisis secara random, massa ganti Presiden ini merupakan anggota ormas terlarang, HTI.
Inilah yang berbahaya apalagi Partai yang mengasimilasikan HTI yaitu PKS. Apakah mereka mendukung Prabowo? Ya, mereka mendukung Prabowo? Apakah mereka akan menjaga perjuangan Prabowo agar selalu melindungi Pancasila dan NKRI seperti dalam teriakan teriakan lantang Prabowo di setiap Pidatonya?
Ini saya sangsikan. Prabowo terlalu bernafsu untuk menjadi Presiden, sehingga dia tidak sadar sudah ada “Lintah” didalam tubuhnya yang siap menghisap.
Duel antara Prabowo dan Jokowi di mata HTI dan kelompok pengganti Sistem Ideologi Pancasila ini dianggap sebagai Orang ketiga yang sedang menonton Suami istri sedang bertengkar. “Orang ketiga” ini paham dia tidak mungkin mendekati Incumbent yang sedang berkuasa karena Pertahana sudah tahu belang dari #2019GP, sehingga Kelompok #2019GP kemudian mendekati kubu satunya yang diibaratkan sebagai Bocah Polos yang sedang memegang Lollipop seperti dalam Video Clip ASIAN GAMES yang dibintangi Pak Joko Widodo.
PKS sebagai Partai Pendukung kubu Prabowo adalah Partai penolak Pancasila sejatinya. Partai Islam? mungkin, tapi mereka bukan NU ataupun Muhammadiyah, Partai Politik? Bisa saja, tapi tidak pernah ada kader unggul, semua yang dihinggapi kadernya kebanyakan jadi gak keruan contohnya Sumut dan Jabar Tempoe Doeloe.
PKS mungkin saja diibaratkan sebagai Gadis Sexy yang sudah menghipnotis “Lelaki”. Mereka sudah berhasil menghipnotis PAN dan Gerindra, sehingga mereka mau saja mengajukan Banding HTI aktif lagi di Pengadilan yang sudah berasimilasi didalam tubuh PKS.
Apakah “Gadis Sexy” HTI-PKS ini akan setia jika Prabowo misalkan saja jadi Pemenang? Saya rasa tidak, sama seperti seorang “Gadis Sexy” yang sedang menggoda “laki laki beristri”, mereka menjadi seperti Domba manis ketika sedang pendekatan, dan menjadi beringas dan liar saat sudah resmi dinyatakan pemenang.
Ini yang sangat berbahaya. Apa maksudnya? Ya, Target mereka bukan menjadi “Pasangan Setia” Prabowo, Target mereka adalah merubah Sistem demokrasi di Indonesia.
Sebagai rakyat yang sudah bisa hidup bahagia sampai detik ini, Inilah tugas kita, kita harus menjaga negeri ini agar tetap kuat, menolak segala aksi #2019GantiPresiden (GP). Mereka tidak benar benar sedang ingin mengganti Presiden, tetapi mereka ingin mengganti semuanya termasuk Ideologi Pancasila. Sudah bertahun tahun kita hidup sebagai NKRI, apakah kita mau anak cucu kita “disiksa” dengan paham Radikalisme, saling membenci, saling menghardik?Bukan karena Kultur Indonesia yang senang menghardik, tetapi karena Paham Radikalisme dan Kebencian yang sekarang mulai dimasukkan ke dalam diri kita masing masing dan skala besarnya akan diberikan saat mereka jadi Pemenang.
Itu kenapa, saya lebih condong meneriakkan #2019TetapJokowi
Penulis: Y. Suherman