Indopreneur.id – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyebutkan perang dagang antara Amerika dan China menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia terpengaruh negatif. Namun kondisi itu justru bisa dimanfaatkan oleh pengusaha untuk mengambil kesempatan untuk mendorong ekspor ke sektor-sektor yang diperdebatkan oleh kedua negara tersebut.
Direktur Tresuri dan Internasional BNI Bob Tyasika Ananta mengatakan bank terus mendorong pengusaha untuk meningkatkan ekspornya dari sebelumnya hanya sebagai barang substitusi dari ekspor Amerika dan China, bisa ditingkatkan levelnya.
“Ada kesempatan karena China dan Amerika ada opportunity yang diambil dengan ajak pengusaha lebih mendorong ekspor yang tadinya substitusi kebutuhan Amerika dan China. Dan juga investor asing yang investasi di China dan sebaliknya bisa masuk ke Indonesia,” kata Bob di Menara BNI, Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Bank pelat merah ini juga tak menampik adanya dampak negatif yang disebabkan perang tarif antara kedua negara adidaya ini. Sektor komoditas justru terkena dampak positif dari kondisi tersebut.
Bob menyebutkan, BNI telah melakukan review atas eksposur kreditnya ke sektor ini untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi jika harga komoditas terus melemah.
Bahkan, BNI sudah melakukan stress test untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang mungkin terjadi dan bagaimana penanggulangannya.
BNI juga bakal mengembangkan bisnis dengan sistem kolaborasi dan open banking untuk mendukung penerapan teknologi dalam sistem perbankan. Untuk menerapkan sistem tersebut, BNI bakal menggandengkan partner.
Direktur Teknologi Informasi & Operasi Dadang Setiabudi mengatakan perusahaan baru saja mengembangkan Application Programming Interface (API) management yang memungkinkan sistem pembayaran dengan berkolaborasi dengan BUMN hingga perusahaan-perusahaan startup.
“Sekarang kita terhubung dengan 89 parner dalam tujuh bulan dengan dana yang ditransaksikan mencapai Rp 10 triliun dengan jumlah transaksi 7 juta. Dengan API bisa menambah jumlah partner sampai dengan 500 partner,” kata Dadang di Menara BNI, Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Menurut dia, kondisi ini akan membuka kesempatan perusahaan yang saat ini menerapkan sistem bisnis business to consumer (B2C), akan bisa berubah menjadi skema business to business to costumer (B2B2C). (hps)