Indovoices.com –Banjir bandang dan longsor menerjang sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam beberapa hari terakhir. Hingga Senin malam, 5 April 2021, puluhan orang meninggal dunia dalam bencana ini.
“Total 86 jiwa,” kata Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam konferensi pers virtual, Senin, 5 April 2021. Tempo merangkum sejumlah fakta seputar bencana ini, berikut di antaranya:
1. Banjir di Bima, NTB
Pada Kamis, 1 April 2021, curah hujan dengan intensitas sedang hingga deras terjadi di Kabupaten Bima, NTB. Hujan deras kemudian memicu terjadinya banjir di 29 desa di empat kecamatan yaitu kecamatan yaitu Madapangga (6 desa), Bolo (8 desa), Woha Desa Naru (8 desa), dan Monta (7 desa).
Sabtu, 3 April 2021, Gubernur NTB Zulkieflimansyah turun ke lokasi bencana. “Lakukan apa yang bisa kita bantu dan jangan saling menyalahkan,” kata dia saat itu.
Akibat banjir ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima mencatat 2 korban meninggal dunia. Lalu, lebih dari 9.425 KK atau 27.808 jiwa terdampak.
2. Banjir dan Longsor di Flores Timur, NTT
Pada Ahad dini hari, 4 April 2021, giliran Kabupaten Flores Timur, NTT, yang diterjang banjir bandang. Di hari yang sama, Wakil Bupati Flores Timur Agus Bolli menyatakan ada sejumlah warga di Pulau Adonara dilaporkan tewas akibat bencana longsor dan banjir. “Puluhan orang meninggal, baru belasan jenazah yang berhasil dievakuasi,” kata Agus Bolli.
3. Daerah Terdampak
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak peristiwa ini. Kedelapan desa tersebut yaitu Desa Nelemadike dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).
4. Belum Jadi Bencana Nasional
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan pemerintah belum perlu menetapkan status banjir bandang yang terjadi di NTT sebagai bencana nasional.
Menurut dia, status bencana nasional baru akan ditetapkan saat kegiatan pemerintahan daerah lumpuh total. “Sejauh ini kegiatan pemerintahan masih berjalan,” ujar Doni.
5. Kendala Alat Berat hingga Cuaca Buruk
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada sejumlah kendala ditemui dalam upaya penanganan bencana di sana Salah satunya karena akses utama melalui penyeberangan laut, sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal.
“Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati.
6. Pengungsi Kekurangan Bantuan
Salah satu relawan dari Yayasan Plan Indonesia, Noni, menyampaikan kekurangan bantuan untuk para pengungsi banjir. Salah satunya di daerah terdampak di Kabupaten Lembata.
“Untuk saat ini bantuan belum ada sama sekali karena terhambat kondisi laut. Setahu saya belum ada kapal masuk dari luar,” ujar Noni.
Noni mengatakan saat ini, bantuan masih bertumpu pada uluran tangan masyarakat sekitar dan keluarga korban yang tak ikut terdampak bencana banjir. Para pengungsi, saat ini lebih banyak dipusatkan di Kantor Lurah di Lewoleba, dan Kantor Camat Ile Ape.
7. Warga Terisolasi
Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengatakan sejumlah wilayah di tiga kabupaten masih terisolasi akibat banjir bandang dan longsor. Josef menyebut wilayah yang terisolasi itu ialah enam desa di Kabupaten Malaka karena jembatan terputus. Enam desa di Kabupaten Flores Timur terisolasi karena longsor dan jalan yang tak bisa dilewati.
“Di Sabu Raijua ada enam kecamatan yang terisolasi karena jalan dan jembatan putus,” kata Wakil Gubernur NTT, Senin, 5 April 2021.