Indovoices.com –Kemenkes menyatakan tak ada kandungan hewan dalam vaksin AstraZeneca. Hal ini berbeda dengan pendapat MUI yang menilai vaksin tersebut memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi.
“Penting kita ketahui bersama, vaksin COVID-19 AstraZeneca memiliki platform vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan, seperti yang telah dikonfirmasi WHO maupun badan otoritas produk obat dan kesehatan Inggris,” kata juru bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi dalam siaran pers virtual, Jumat (19/4).
“Di masa kedaruratan pandemi, vaksin yang tersedia adalah vaksin yang terbaik untuk digunakan. Pemerintah harus menggunakan penggunaan berbagai macam merk vaksin COVID-19 dalam rangka tentunya memenuhi kebutuhan vaksin seluruh populasi sasaran,” imbuhnya.
Kemenkes juga menegaskan proses pembuatan vaksin AstraZeneca bersih sehingga vaksinnya baik untuk digunakan, khususnya bagi umat Muslim. Apalagi vaksin ini sudah disetujui di lebih dari 70 negara, khususnya di negara-negara Islam.
Termasuk di Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, dan Maroko. Adapun dewan Islam di seluruh dunia telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan.
Sebelumnya, Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh menyatakan vaksin corona AstraZeneca haram karena memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi. Namun, MUI memastikan penggunaan vaksin corona ini tetap diperbolehkan, salah satunya karena sedang dalam kondisi mendesak.
Ia juga meminta pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, tetap harus berikhtiar menyediakan vaksin corona yang suci dan halal.
British Islamic Medical Association Sebut Vaksin AstraZeneca Tak Mengandung Hewan
Di sisi lain, British Islamic Medical Association (BIMA) mengatakan tidak ada komponen yang berasal dari hewan (termasuk gelatin) dalam vaksin AstraZeneca. Vaksin telah diproduksi dalam 293 sel ginjal embrionik manusia yang dimodifikasi secara genetik, dan garis sel sering dibutuhkan untuk membantu bahan vaksin aktif tumbuh.
“Garis sel yang digunakan untuk membuat beberapa vaksin awalnya diambil dari janin yang diaborsi bertahun-tahun yang lalu. Namun penting untuk dipahami bahwa janin tersebut tidak diaborsi. Tujuan sel-sel dari janin tidak secara langsung digunakan dalam vaksin ini.”
“Setelah tumbuh, virus tersebut dimurnikan untuk menghilangkan bahan kultur sel. Sangat tidak mungkin ada materi manusia yang tersisa di vaksin akhir,” demikian keterangan lembaga tersebut.
Subjek tentang garis sel telah didiskusikan oleh para ilmuwan Muslim untuk vaksin ini dan vaksin lainnya dan telah dianggap diizinkan oleh sejumlah cendekiawan terkenal. Di samping itu, kandungan alkohol dalam vaksin AstraZeneca juga dapat diabaikan karena terlalu sedikit dan tidak memabukkan.