Indovoices.com –Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok merasa bahwa ia tidak pernah diharapkan publik untuk menjadi pendamping Presiden Joko Widodo dalam kontestasi Pilkada 2012 DKI Jakarta.
Ahok menceritakan, banyak pihak meragukannya sebagai calon wakil gubernur saat itu karena latar belakangnya.
“Saya hanya dengar, ketika itu sebenarnya pendamping Pak Jokowi bukan saya sebetulnya. Karena kalau saya kan akan menurunkan nilai seorang Pak Jokowi, saya turunan Tionghoa, agama saya bukan yang mayoritas,” kata Mantan Gubernur DKI Jakarta itu dalam acara Perayaan Imlek yang diadakan oleh PDIP-P secara virtual, Jumat (12/2/2021).
Keraguan banyak pihak itu, kata Ahok, juga terjadi ketika ia kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017.
Saat itu, kata Ahok, banyak pihak yang memintanya mundur dari pencalonan.
Namun, saat itu, kata dia, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tetap memilihnya sebagai calon kepala daerah yang diusung PDI-P karena menilai kinerja Ahok selama ini.
“Tapi Ibu Mega mengatakan ‘Saya memilih Ahok untuk maju karena dia memang bisa kerja’,” cerita Ahok.
Dalam kesempatan yang sama, Ahok pun menjelaskan alasan ia memilih jadi kader PDI-P, salah satunya karena Megawati selalu menilai seseorang dari kemampuan bekerja, atau bukan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan.
“Saya sendiri bukan cuma ngomong tetapi mengalami, banyak orang takut mencalonkan saya karena dianggap triple minoritas atau apa, tetapi bagi Ibu Ketum tidak. Dia harus menilai orang berdasarkan meritokrasi atau kemampuan seseorang bisa kerja atau tidak,” tutur Ahok.
Hari ini, PDI-P menggelar perayaan Imlek virtual. Perayaan Imlek virtual tersebut juga dihadiri Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris, Anggota DPR Fraksi PDI-P Sofyan Tan, serta Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto.(msn)