Indovoices.com –Tim Disaster Victim Identification (DVI) masih menunggu sampel DNA dari keluarga korban penumpang Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak.
Meski hingga Selasa (12/1) pukul 17.00 WIB menerima 111 sampel DNA yang merupakan data antemortem atau sebelum kematian untuk identifikasi.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan belum seluruh keluarga dari 62 penumpang Sriwijaya Air SJ-182 menyerahkan sampel DNA.
“Belum (lengkap), baru ada 45 (keluarga) kurang 17, jadi satu korban bisa punya dua sampel DNA jadi jumlahnya cukup banyak,” kata Rusdi di RS Polri Kramat Jati, Selasa (12/1/2021).
Ketentuan identifikasi untuk satu korban membutuhkan lebih dari satu sampel DNA dari keluarga inti korban merupakan prosedur identifikasi dalam DVI yakni prosedur untuk identifikasi jenazah korban kecelakaan alam atau bencana yang jenazahnya sudah tak bisa diidentifikasi secara wajah.
Caranya mencocokkan data antemortem dengan posmortem (setelah kematian) yang didapat dari jenazah hingga barang pribadi terakhir dikenakan korban.
“Sekarang (proses identifikasi jenazah) masih bisa gunakan sidik jari maupun data-data yang lain,” ujarnya.
Dalam proses identifikasi secara DVI yang prosedurnya berlaku internasional terdapat tiga parameter identifikasi, yakni sidik jari, gigi, dan terakhir DNA.
Hingga Selasa (12/1) pukul 17.00 WIB tercatat empat jenazah penumpang Sriwijaya Air SJ-182 rute sudah teridentifikasi berdasar sidik jari.
Bagian sidik jari yang diberikan keluarga korban lewat sejumlah dokumen semasa hidup dicocokkan dengan bagian jari tubuh korban hasil evakuasi.
Lantaran belum lengkap, Rusdi menuturkan Tim DVI mengimbau pihak keluarga yang belum menyerahkan sampel DNA segera datang ke posko antemortem.
“Semakin banyak (sampel DNA) semakin baik, nanti digunakan Tim DVI untuk identifkasi terkahir,” tuturnya.
Pun empat korban teridentifikasi dari pencocokan sidik jari, sampel DNA tetap perlu karena kemungkinan bagian tubuh korban yang ditemukan bukan tangan.
Kapus Inafis Polri Brigjen Rusdi Hartono menuturkan dalam proses identifikasi lewat sidik jari merupakan cara identifikasi paling cepat dibanding dua lainnya.
“Jadi begini, mengidetifikasi orang itu ada berbagai cara, kalau paling cepat dan ilmu paling tertua itu adalah sidik jari,” kata Hudi.
Hingga Selasa (12/1) pukul 17.00 Tim DVI sudah menerima 72 kantong jenazah, dan 11 kantong properti berisi barang pribadi korban untuk keperluan identifikasi.(msn)