Indovoices.com –Seluruh negara kini tengah berharap vaksin corona ditemukan untuk menuntaskan pandemi yang melanda sejak awal tahun. Sejauh ini baru Rusia yang mengklaim sudah menemukan vaksin corona bernama Sputnik V, walau efektivitasnya sempat diragukan.
Sementara negara-negara lain masih menguji klinis tahap akhir terhadap beberapa kandidat vaksin yang tersedia. Seperti Indonesia yang menguji klinis vaksin corona buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Bahkan pemerintah Indonesia menargetkan vaksinasi corona dimulai pada Desember.
Epidemiolog dari Universitas North Carolina, AS, Juhaeri Muchtar, mengatakan kabar mengenai vaksin jangan sampai membuat masyarakat terlalu euforia dan mengabaikan protokol kesehatan. Ia menyatakan, efektivitas vaksin -khususnya generasi pertama- dalam mencegah penularan hanya sekitar 50 persen.
“Ada euforia, oh vaksin selesai, sudah selesai urusannya (corona), enggak begitu. Apakah ini efektif? yang kita tahu masker sekitar 70% efektifnya (mencegah penularan), vaksin cuma 50%. Jadi 50:50. Vaksin yang generasi 1 menurut pengalaman itu belum cukup, butuh vaksin generasi 2 supaya lebih efektif,” ujar Juhaeri dalam diskusi virtual.
Juhaeri menyatakan vaksinasi sampai membuat tubuh kebal butuh beberapa kali injeksi, bukan sekali seumur hidup. Ia menyayangkan adanya euforia vaksin membuat masyarakat lupa menaati protokol kesehatan seperti memakai masker.
Juhaeri mengingatkan agar masyarakat tetap menggunakan masker sampai vaksin yang efektif benar-benar ditemukan. Ia memprediksi vaksin yang efektif kemungkinan baru hadir pada pertengahan 2021.
“(Kabar) Desember ada vaksin, euforia, selesai, mulai mengabaikan protokol kesehatan itu yang saya khawatirkan. sebelum vaksin betul-betul efektif, sebaiknya dalam situasi sekarang meskipun penyintas secara teoritis imun, tetap pakai masker supaya tidak menularkan yang lain,” tutupnya.(msn)