Indovoices.com –Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan perekonomian nasional secara perlahan mulai membaik meskipun masih terbatas. Hal ini sejalan dengan mobilitas masyarakat yang melandai pada Agustus 2020 imbas meluasnya penyebaran pandemi covid-19 di Indonesia.
“Kondisi ini membuat konsumsi rumah tangga membaik secara terbatas seiring berlanjutnya stimulus fiskal seperti penyaluran bansos dan pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara (ASN),” ujar Perry dalam video telekonferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta.
Ada beberapa indikator dini yang menunjukkan perbaikan seperti penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, dan PMI Manufaktur. Secara spasial, perbaikan ekonomi tercatat di beberapa daerah luar Jawa yang memiliki ekspor komoditas.
Ke depan, sebut Perry, prospek berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik banyak dipengaruhi perkembangan mobilitas masyarakat sejalan dengan penerapan protokol covid-19 di sejumlah daerah, kecepatan realisasi anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan digital khususnya untuk pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi,” tuturnya.
Sejalan dengan hal tersebut, perekonomian global secara bertahap juga mulai membaik. Perkembangan ini terutama didorong oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), sementara kinerja perekonomian Eropa, Jepang, dan India masih belum kuat.
Menurut Perry, perkembangan positif di Tiongkok dan AS sejalan dengan melandainya penyebaran covid-19 yang mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global ke level ekuilibrium normal baru serta adanya dampak stimulus moneter dan fiskal yang cukup besar.
Sejumlah indikator dini pada Agustus 2020 juga mengindikasikan bahwa prospek positif pemulihan ekonomi global, seperti meningkatnya mobilitas, berlanjutnya ekspansi PMI manufaktur dan jasa di AS serta Tiongkok, juga naiknya beberapa indikator konsumsi.
“Perekonomian global yang membaik mendorong kenaikan volume perdagangan dunia dan harga komoditas global di semester II-2020, yang berpotensi lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya,” ucap dia.
Berlanjutnya peningkatan ekspor di berbagai negara dan indeks kontainer logistik global mengindikasikan perbaikan aktivitas perdagangan dunia pada kuartal III-2020. Di pasar keuangan global, ketidakpastian yang masih tinggi antara lain dipengaruhi isu geopolitik Tiongkok-AS, Tiongkok-India, dan di Inggris.
“Perkembangan ini berpengaruh terhadap menurunnya aliran modal ke negara berkembang, kecuali Tiongkok, dan berdampak pada berlanjutnya tekanan terhadap mata uang di berbagai negara tersebut, termasuk Indonesia,” tutup Perry. (msn)