Indovoices.com –Anggota Komisi Energi DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto mengusulkan agar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dicopot dari jabatannya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Usulan ini datang setelah perusahaan plat merah tersebut rugi hingga US$ 767,9 juta atau sekitar Rp 11 triliun sepanjang semester I 2020.
“Jika memang tidak mampu, pecat saja,” kata Mulyanto, politikus dari Daerah Pemilikan Banten III ini dalam laman pribadinya, pakmul.id.
Sebelumnya, kabar soal kerugian ini tertuang dalam laporan keuangan yang diunggah di laman resmi Pertamina. Capaian ini berbanding terbalik dengan semester I 2019 yang mencatatkan laba US$ 659,9 juta.
Mulyanto kemudian menyinggung ucapan Ahok beberapa waktu lalu. “Waktu itu Ahok bilang, merem saja Pertamina sudah untung. Asal diawasi. Nah kalau sekarang Pertamina rugi, artinya apa? Apa Ahok tidak mengawasi. Kok nyatanya Pertamina bisa rugi,” kata dia.
Pernyataan ini disampaikan Ahok pada 27 Juni 2020 di acara Live Instagram KickAndy Show. Saat itu, Ahok menyebutkan pendapatan Pertamina yang mencapai Rp 800 triliun atau hampir sepertiga APBNharus selalu diawasi.
“Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi enggak punya KPI (key performance indicator). Sedangkan KPI administratif semua. Ya ada kewajiban, (meski) merem juga untung,” tutur Ahok.
Maka secara teori, kata Mulyanto, Pertamina seharusnya mendulang untung pada semester I 2020 ini. Sebab, saat ini harga minyak dunia sedang anjlok ke angka yang paling rendah sepanjang sejarah. Pertamina pun juga tidak menurunkan harga BBM sedikitpun.
Sehingga, Mulyanto pun menduga ada faktor nonteknis yang menyebabkan Pertamina mengalami rugi yang begitu besar. Untuk itu, minta peran pengawasan komisaris utama lebih ditingkatkan.
Mulyanto meminta pemerintah tidak sungkan untuk mengevaluasi kerja Ahok. Jika tidak mampu, maka Ia meminta pemerintah mengganti dengan figur profesional yang memahami kerja dunia perminyakan. “Pertamina butuh gagasan besar. Bukan omong besar,” kata dia.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa perusahaannya mengalami triple shock selama semester I 2020. Ketiganya yaitu penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dollar yang menyebabkan selisih kurs yang cukup signifikan.
Meski demikian, Pertamina tetap optimistis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif. Sebab, harga minyak dunia perlahan sudah mulai naik dan konsumsi BBM semakin meningkat. “Sehingga diproyeksikan laba juga akan positif,” kata dia.(msn)