Indovoices.com –Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan beberapa tantangan selama menghadapi pandemi virus corona (Covid-19), terutama dalam hal serapan anggaran.
Bendahara Negara itu mengatakan, salah satu tantangan dalam melakukan percepatan realisasi anggaran yakni beberapa pejabat menteri yang masih baru dan belum terbiasa dengan birokrasi pemerintahan.
Padahal, di tengah kondisi pandemi pemerintah perlu melakukan kerja cepat untuk mendorong kinerja perekonomian yang tertekan.
“Beberapa menteri benar-benar baru, saya selalu berpikiran seluruh menteri seperti saya, tapi ternyata tidak,” jelas Sri Mulyani dalam sebuah diskusi yang diadakan The Jakarta Post.
“Beberapa dari mereka benar-benar baru, tidak semua benar-benar paham birokrasi, beberapa belum pernah bekerja di pemerintah,” ujar Sri Mulyani.
Padahal, di situasi pandemi, cara kerja pun turut berubah. Para menteri dituntut untuk bekerja dari rumah padahal di sisi lain kebijakan terus berubah.
Sri Mulyani pun mengatakan, akibat harus bekerja dari rumah, waktu bekerjanya menjadi 24 jam dalam sehari. Hampir setiap jam, dirinya harus terus siap untuk mengelola keuangan negara.
Bahkan setiap minggu, pihaknya meminta jajarannya di Kementerian Keuangan untuk memeriksa realisasi belanja.
“Kami bekerja gila-gilaan saat ini, kami harus memeriksa setiap detil,” ujar dia.
Untuk diketahui, serapan anggaran belanja pemerintah dalam APBN 2020 hingga pertengahan tahun mencapai Rp 1.068,9 triliun, atau baru 39 persen dari target yang terdapan dalam Perpres 72/2020 yang sebesar Rp 2.739,2 triliun.
Adapun berdasarkan data terakhir per 5 Agustus 2020, serapan anggaran penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) baru 10,5 persen atau sebesar Rp 151,25 triliun dari keseluruhan pagu anggaran yang mencapai Rp 695,2 triliun.
Sri Mulyani mengaku terdapat beberapa halangan dalam proses merealisasikan anggaran di tengah pandemi. Sebab, dalam proses realisasi anggaran, pemerintah juga harus mempertimbangkan aspek kehati-hatian agar realisasi belanja tersebut benar-benar dialokasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
“Menyiram uang ke masyarakat, tidak seperti menyiram toilet. Sebab akan ada orang di luar sana yang melakukan proses audit, sehingga Anda harus bisa memastikan uang tersebut mengalir ke mana, by name, by address, by their account number,” ujar dia.(msn)