Indovoices.com –Setelah Singapura, kini giliran Korea Selatan (Korsel) yang mengalami resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19. Perekonomian Negeri Ginseng ini mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Perekonomian Korsel minus 3,3 persen pada periode April-Juni 2020 secara kuartalan (qtq), jauh lebih dalam penurunannya dibandingkan periode Januari-Maret 2020 yang minus 1,3 persen (qtq).
Sementara secara tahunan, perekonomian Korsel turun 2,9 persen (yoy) di kuartal II. Angka ini anjlok dibandingkan pertumbuhan kuartal I yang masih mencatatkan positif 1,4 persen (yoy).
Merespons hal tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, mengatakan bahwa resesi Korsel tak akan berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia. Justru menurutnya, Indonesia bisa diuntungkan dengan adanya resesi di Korsel.
Menurut Wimboh, investasi dari Korsel bisa masuk ke Indonesia. Hal ini menurutnya sudah terlihat dari beberapa perbankan.
Sebagai gambaran, saat ini perusahaan asal Korsel, KB Kookmin, tengah menjalankan proses untuk mengambilalih minimal 51 persen saham PT Bank Bukopin Tbk.
“Korea sendiri tidak terlalu besar ya, jadi mungkin kalau dampak langsung itu tidak, malah kita bisa diuntungkan dengan dia resesi, maka banyak nanti investasi Korea yang masuk ke Indonesia,” kata Wimboh dalam webinar Indef.
“Sekarang sudah terbukti beberapa perbankan masuk ke Indonesia. Itu meninjukkan bahwa potensi Indonesia masih bagus,” lanjutnya.
Wimboh menjelaskan, jika Indonesia mengalami resesi pun investor akan melihat penyebabnya karena belanja pemerintah yang belum maksimal. Selain itu, setelah pandemi pun para investor dinilai akan kembali masuk ke Indonesia.
“Kalau pun nanti seandainya Indonesia masuk resesi, orang itu masih melihat kita hanya karena belanja pemerintahnya belum penuh. Yang kedua mereka melihat pasar kita nanti setelah pandemi ini masih bagus,” jelasnya.
Dia menuturkan, tak ada dampak langsung ke Indonesia dari resesi yang terjadi di Korsel. Wimboh pun berharap perekonomian bisa kembali pulih dan tumbuh positif di kuartal III 2020.
“Apalagi kalau di triwulan III kita tidak negatif, itu jauh lebih baik lagi, karena mungkin dana-dana yang dari Korea atau negara resesi akan masuk ke kita,” tambahnya.
Hari ini, Bank Korea mengumumkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Korsel turun sebesar 3,3 persen pada periode April hingga Juni 2020. Ekspor negara tersebut anjlok sebesar 16,6 persen, sedangkan impor juga turun merosot 7,4 persen.
“Turunnya ekonomi Korea telah terjadi sejak Oktober 2017. Namun, guncangan pandemi COVID-19 mempercepat penurunan tersebut,” ujar Direktur Bank Korea, Park Yang-soo, dilansir dari Nikkei Asian Review.
Menteri Keuangan Korsel, Hong Nam-ki, menilai salah satu faktor yang mempengaruhi resesi tersebut yakni terhentinya jalur perdagangan Korea ke negara tetangga seperti Vietnam dan India.
Selain itu, rencana Presiden Moon Jae-in untuk menaikkan pajak properti dan penjualan rumah di Seoul, juga menjadi pemicu lainnya resesi tersebut.
Langkah itu kemudian membuat Bank Korea melonggarkan kebijakan karena risiko suku bunga yang lebih rendah menyebabkan terjadinya likuiditas di pasar perumahan.(msn)