Indovoices.com –Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti khawatir nasib lobster akan sama seperti bawang putih saat ekspor benih dibuka. Menurut dia, harga lobster bakal anjlok karena adanya kendali dari pasar negara lain yang menyebabkan nilai serapan di level nelayan sangat rendah.
“Sekarang ekspor benih lobster sudah dilegalkan dan harga di nelayan hanya Rp 7-15 ribu. Nanti sama dengan bawang putih, ketahanan pangan enggak ada,” tutur Susi dalam diskusi virtual Bahtsul Masail bertajuk ‘Telaah Kebijakan Ekspor Benih Lobster’.
Susi menyebut kebijakan pemerintah mengizinkan kembali perdagangan bayi lobster akan merugikan baik dari sisi pasar maupun ekosistemnya. Sebab, kata Susi, jumlah tangkapan lobster dewasa akan berkurang.
Dia mencontohkan, pada era 1990-an, jumlah tangkapan lobster pada musim-musim tertentu dapat mencapai 2-6 ton per hari. Namun, sejak era 2000-an, jumlah itu berkurang menjadi hanya 2-3 kuintal.
Kemudian dari sisi pasar, dengan terbukanya akses perdagangan benur, Indonesia justru hanya menguntungkan Vietnam sebagai negara pengimpor. Sebab, selama ini Vietnam mengambil dua jenis lobster dengan jenis termahal, yakni mutiara dan pasir.
Setelah berhasil dibudidayakan, lobster di Vietnam akan dikirimkan ke Jepang dan Cina dalam skala besar. Kondisi ini menyebabkan harga lobster dewasa melorot tajam. “Harga (lobster) kita turun sangat jatuh mungkin karena Covid-19, tapi saya percaya ini juga kontrol pasar karena pasar sudah dpt pasokan vietnam. Kalau kita tidak jual (bibit), Vietnam hancur total. Kenapa kita harus hidupi Vietnam?” kata Susi.
Susi lalu bercerita, negara-negara yang memiliki spiny lobster, seperti Filipina, Sri Lanka, hingga Maladewa sudah tidak memberikan izin bagi penjualan benih. Sedangkan di Australia, penjualan lobster dibatasi dengan ukuran minimal 1 pound. “Di sana pun hanya jantan yang boleh (dijual),” ucap Susi.
Menurut Susi, langkah untuk tidak memperdagangkan benih lobstermerupakan upaya menjaga sumber daya laut. Indonesia akan menjadi negara maritim yang besar seandainya dapat mengelolanya. “Di laut, Anda harus menjaga, mencintainya. Bukan ditambang. Kita tinggal ambil dengan cara yang benar,” ucapnya.(msn)