Indovoices.com –Bank Indonesia (BI) hari ini menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate 25 basis poin menjadi 4 persen. Hal itu merupakan suku bunga acuan terendah sepanjang pemberlakuan BI 7 Day Repo Rate sejak April 2016.
Bahkan jika ditarik mundur sejak perhitungan BI Rate 1995-2016, suku bunga acuan di Juli ini juga masih mencatatkan level terendah.
Hal tersebut dikonfirmasi Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual. Menurutnya, level suku bunga terendah ini juga karena kondisi luar biasa, imbas pandemi COVID-19.
“Iya, ini yang terendah ya sepanjang masa ini. Karena ini memang kan situasinya extraordinary, inflasi kita juga rendah, kemarin inflasi Lebaran bahkan juga yang terendah, apalagi ekonomi juga masih lesu, jadi mendorongnya dengan penurunan suku bunga,” ujar David.
Selain itu, penurunan suku bunga saat ini juga bisa dipahami. David menjelaskan, penurunan bunga yang rendah akan membuat biaya berbagi beban utang atau burden sharing antara BI dan pemerintah menjadi lebih murah
Meski suku bunga 4 persen ini merupakan yang terendah, menurut David, investor global masih melirik Indonesia. Terbukti dari masih adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, meskipun nilainya masih rendah.
“Kemarin juga kita tiga kali lakukan global bond kan, masih bagus juga dari sisi bid-nya. Sejauh ini masih menarik untuk asing ya,” jelasnya.
David menjelaskan, penurunan suku bunga tersebut juga akan mempengaruhi masyarakat. Utamanya bagi nasabah deposito, karena bunganya juga akan turun.
“Deposito lebih rendah ya. Jadi kalau kita simpan uang, ini buat penabung kurang bagus karena yield-nya juga rendah,” katanya.
Bunga acuan yang rendah ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan kredit. Namun sayangnya di tengah pandemi ini, permintaan kredit pun masih lesu.
Untuk itu, David menegaskan bahwa penurunan bunga acuan BI ini bisa didorong oleh belanja pemerintah. Karena menurutnya, untuk mendorong permintaan maupun memulihkan ekonomi, tak cukup hanya mengandalkan kebijakan moneter.
“Kembali ke government spending, digenjot. Tapi kita juga harus lihat timbangan dosis yang pas itu seperti apa, sampai mana bunga acuan ini turun, kembali lagi ke kondisi ke depan seperti apa,” tuturnya.
Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan agar masyarakat jangan senang dulu dengan suku bunga yang rendah. Sebab penurunan ini tak langsung berpengaruh ke penurunan bunga kredit.
“Tapi kita tidak bisa senang dulu. Karakteristik sektor keuangan kita yang sedikit berbeda dengan sektor keuangan di luar negeri, menyebabkan suku bunga kredit cenderung rigid ketika suku bunga acuan turun,” kata Piter.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, melihat sisi positif dari penurunan suku bunga acuan kali ini, bahkan menjadi yang paling rendah sepanjang sejarah Indonesia. Dia berharap, perbankan mulai merespons penurunan bunga acuan dalam waktu satu hingga tiga bulan mendatang.
“Dari proyeksi tersebut, maka diperkirakan ketika aktivitas perekonomian sudah mulai pulih, pertumbuhan kredit juga akan ikut terdorong, yang gilirannya akan ikut membantu dalam proses pemulihan ekonomi di akhir tahun,” jelasnya.
Komponen perekonomian lainnya yang dapat terdorong dari kebijakan moneter yang ekspansif tersebut adalah investasi. Menurutnya, suku bunga menjadi salah satu penentu yang cukup signifikan dari pertumbuhan investasi.
“Di sisi lain, kebijakan ini membutuhkan sinergi lain dari pemerintah pusat untuk menjaga daya beli masyarakat, agar permintaan barang dan jasa tetap dapat tumbuh. Dan mendorong sektor usaha untuk menarik kredit perbankan yang pada akhirnya mendorong peningkatan aktivitas perekonomian,” Josua menambahkan.
Mengutip data BI, di April 2016 suku bunga acuan BI 7 day Repo Rate sebesar 5,5 persen. Sementara bunga acuan BI 7 Day Repo Rate tertinggi berada di level 6 persen, yakni pada November 2018 hingga Juni 2019.
Jika mundur kembali di era bunga acuan masih menggunakan BI Rate sejak 1995-2016, suku bunga 4 persen ini juga merupakan yang terendah. Sementara level BI Rate tertinggi di Juli 1988 sebesar 70,81 persen.
Sayangnya, para dewan gubernur BI tersebut tak menjelaskan secara rinci mengenai bunga acuan yang terendah sepanjang masa ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan itu sejalan dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah hingga stabilitas eksternal yang terjaga.
“Dan sebagai langkah lanjutan untuk mendorong pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19,” kata Perry dalam konferensi pers virtual. (msn)