Indovoices.com –Di Indonesia biaya tes untuk menguji seseorang terinfeksi virus corona atau tidak, masih relatif mahal.
Biaya untuk rapid test berkisar di harga ratusan ribu. Sementara untuk swab test dan PCR test hingga jutaan rupiah.
Patokan harga untuk berbagai tes corona tersebut di Indonesia juga belum ditetapkan.
Sehingga masing-masing instansi dapat menetapkan sendiri harga tes-tes tersebut.
Lalu bagaimana harga tes virus corona di luar negeri?
Tidak diatur
Dilansir New York Times, Selasa (19/6/2020), harga perawatan kesehatan di AS memang tidak diatur dengan jelas.
Bahkan ketika Kongres meminta perusahaan asuransi menanggung pengujian atau tes Covid-19, beberapa penyedia memutuskan untuk mengambil keuntungan.
Tes Covid-19 sederhana di AS harganya 100 dolar (sekitar Rp 1,4 juta). Akan tetapi ada yang mematok dengan harga sangat mahal.
Di pinggiran kota Dallas, ada laboratorium yang memasang harga 2.315 dolar (sekitar Rp 33 juta) untuk tes Covid-19 individu.
Dalam beberapa kasus harga naik menjadi 6.946 dolar (sekitar Rp 99 juta). Namun lab mengatakan mereka keliru menagih pasien tiga kali lipat dari tarif dasar.
Wakil presiden di Aetna Angie Meoli mengatakan pihaknya telah melihat sejumlah laboratorium yang membebankan harga sangat tinggi untuk tes Covid-19.
Tingginya harga tes dikarenakan pemerintah tidak menetapkan atau mengatur harga perawatan kesehatan.
Lebih mahal
Para ahli kebijakan kesehatan mengungkapkan ada 2 penyebab dari kasus tersebut.
Pertama, harga AS lebih tinggi di atas segalanya. Sebagian perawatan medis di AS menghabiskan biaya dua hingga tiga kali lipat dibanding negara sekitarnya.
Apendektomi atau operasi usus buntu misalnya, menelan biaya 3.050 dolar di Inggris, 6.710 dolar di Selandia Baru. Tapi di AS menelan biaya 13.020 dolar.
Kedua, variasi harga sangat besar, karena setiap klinik dokter dan rumah sakit menetapkan biaya perawatannya sendiri.
Sebuah studi pada 2012 menemukan bahwa rumah sakit di California mematok harga 1.529 dolar hingga 182.955 dolar untuk operasi usus buntu yang tidak rumit.
Pemerintah Amerika memberikan bantuan pada orang Amerika yang tak mempunyai asuransi dan harus diuji Covid-19.
Tapi pasien Amerika pada akhirnya akan menanggung biaya tes mahal ini dalam bentuk premi asuransi yang lebih tinggi.
Dalam beberapa kasus, mereka membayar untuk tes tambahan seperti flu dan penyakit pernafasan lainnya.
Biaya-biaya tersebut tidak dibebaskan atau digratiskan.
Dalam jajak pendapat bulan April yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser menemukan kebanyakan orang Amerika khawatir mereka tidak akan mampu membayar pengujian atau perawatan virus corona jika mereka membutuhkannya.
Tagihan semacam itu dapat membuat pasien khawatir mencari perawatan atau pengujian di masa depan, yang memungkinkan penyebaran virus corona lebih lanjut.(msn)