Indovoices.com –Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkap penyebab tingginya angka penularan kasus pada pekan pertama PSBB transisi menuju new normal atau kenormalan baru. Menurut Anies, tingginya angka kasus pada pekan pertama merupakan hasil dari kejadian 10-14 hari lalu.
“Peristiwa yang terjadi hari ini baru terbaca datanya nanti 10 hari yang akan datang,” kata Anies usai meninjau persiapan pembukaan kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara.
Menurut dia, melihat data epidemiologi atau penambahan kasus orang yang terpapar virus tidak seperti memantau tinggi permukaan air yang bisa berubah setiap waktu. Menurut Anies, data yang terjadi hari ini merupakan peristiwa atau kejadian pada dua pekan lalu.
“Kalau data yang sekarang nanti kita pantau setelah jalan dua pekan. Baru datanya kami miliki lengkap,” ujarnya.
Ia menuturkan pembacaan data epidemiologi tersebut yang menjadi dasar pemerintah Provinsi DKI memulai masa transisi pada 5 Juni 2020 lalu. Penerapan masa transisi tersebut diambil setelah mengkaji data epidemiologi selama dua bulan. “Dari situ kita kemudian kita lihat trennya. Jadi bukan hanya peristiwa harian.”
Selain itu, ia berujar tingginya data kasus baru pada fase pertama masa transisi juga disebabkan semakin banyak warga yang diperiksa. Kenaikan, kata dia, bukan semata-mata ada peningkatan wabah.
Pagebluk corona memang belum hilang dari DKI, bahkan dunia. Sehingga, kata dia, pemerintah harus memperbanyak melakukan pemeriksaan kepada warga untuk mendeteksi kasus. “Jadi jangan sampai malah begini kurangin tesnya supaya angkanya kecil itu gak boleh bahaya sekali. Kurvanya akan turun tapi tesnya kita kurangin, itu jangan.”
Semakin banyak yang diperiksa memang bakal berpotensi makin tinggi kasus baru yang ditemukan. Dengan melakukan tracing atau penelusuran kasus diharapkan bisa menekan penyebaran wabah ini. “Kami sekarang menggenjot tes itu.”
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, memprediksi angka reproduksi efektif (Rt) virus corona di Ibu Kota bakal kembali di atas satu. Tri menyarankan pemerintah segera menghentikan masa PSBB transisi dan kembali mengambil langkah kebijakan pembatasan sosial berskala besar yang lebih ketat.
“Kalau transisi ini masih diteruskan maka puncak penularan virus akan lebih lama. Sebab, usaha menyetop secara maksimal terhenti dengan memulai memasuki transisi new normal,” kata Tri saat dihubungi.
Tri menghitung angka penularan Covid-19 di DKI Jakarta, bakal kembali meningkat karena angka harian telah tembus di atas 100 kasus baru. Angka reproduksi bisa dihitung dari total penularan selama sepekan.
Puncak penularan corona di DKI sempat menyentuh 700 selama sepekan pada Maret lalu. Angka tersebut perlahan menurun hingga Mei yang menyentuh 500 kasus baru per pekan dan awal Juni kemarin yang mencapai 400 per pekan.
Jika melihat angka rata-rata penularan corona pada pekan pertama masa PSBB transisi, kata dia, maka terlihat bahwa puncak penularan di Jakarta terjadi kembali karena ditemukan lebih dari 100 kasus baru per hari. “Angka ini menunjukkan reproduksi meningkat. Sebab, kembali ke puncak,” ujar Tri.
Pada hari pertama masa PSBB transisi angka kasus baru Covid-19 mencapai 102 orang. Lalu secara berturut-turut pada hari selanjutnya bertambah 160, 96, 234, 147, dan 129 orang. “Baru lima hari saja pada pekan pertama masa transisi telah mencapai lebih dari 700 kasus baru. Artinya, Rt pasti bertambah karena datanya seperti puncak penularan,” ucapnya.(msn)