Indovoices.com-Keberadaan Ruangguru dan 7 platform online lainnya di Kartu Prakerja 2020 dipersoalkan publik karena tanpa melalui proses tender. Untuk pelatihan, dana yang digelontorkan pemerintah mencapai 5,6 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pemerintah tidak melakukan proses lelang karena memang 8 platform onlinetersebut bukan penyelenggara pelatihan daring, melainkan hanya jadi penghubung antara peserta dengan penyedia kursus online.
“Pemerintak tak melakukan tender dengan platform digital karena tak ada penyelenggaraan barang atau jasa yang dibayarkan kepada mitra perusahaan digital. Jadi tidak ada pembelian kepada mereka,” kata Sri Mulyani dikutip dari keterangan resmi Kartu Prakerja.
Selain Ruangguru, ada 7 perusahaan mitra lain yang ditunjuk pemerintah di Kartu Pekerja untuk tahun ini di antaranya Tokopedia, Bukalapak, MauBelajarApa, HarukaEdu, PijarMahir, Sekolah.mu dan Sisnaker.
Selain itu, kata Sri Mulyani, skema pelatihan online Kartu Prakerja didasarkan pada minat peserta. Di mana pemerintah maupun mitra online hanya memfasilitasi pelatihan yang diselenggarakan secara daring tersebut.
“Pembeliannya kepada para content provider berdasarkan minat dari ribuan bahkan jutaan peserta Kartu Prakerja,” ujar Sri Mulyani.
Sementara itu, Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Roni Dwi Susanto, menjelaskan penunjukan 7 mitra dalam pelatihan Kartu Prakerja tak masuk dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2018.
“Kerja sama antara Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja dan platform digital dalam penyelenggaraan pelatihan tidak termasuk dalam ruang lingkup Perpres 16/2018 karena biaya pelatihan disalurkan langsung kepada peserta,” ucap Roni.
Sehingga, lanjut Roni, kurang tepat jika menyebut pelatihan online di Kartu Prakerja sebagai bentuk pengadaan barang atau jasa instansi pemerintah sehingga harus melalui mekanisme tender.
“Yang belanja biaya pelatihan adalah masyarakat, bukan kementerian/lembaga. Agar program Kartu Prakerja tepat sasaran. Sangat diperlukan kejujuran calon peserta dalam mengisi formulir pendaftaran, kata dia lagi.
Pemerintah klaim transparan
Sebelumnya, Direktur Komunikasi Manajemen Pelaksana Prakerja, Panji Winanteya Ruky, menjelaskan kalau pemilihan perusahaan mitra pelatihan sebenarnya terbuka. Namun dia mengklaim, saat ini baru delapan perusahaan yang saat ini dinilai cukup siap menyediakan pelatihan.
“Kerja sama ini sifatnya terbuka. Tidak ada penunjukan atau pengarahan. Namun kerja sama bagi platform digital yang bisa dan mau memenuhi syaratnya. Kami pun masih mengevaluasi kinerja platform. Ke depannya kami akan menambah mitra begitu program ini berhasil melayani masyarakat di tahap awal,” jelas.
Diungkapkan Panji, saat nota kesepahaman tanggal 20 Maret lalu, delapan mitra tersebut sudah menyatakan kesanggupan untuk menjadi penyelenggara pelatihan online Kartu Prakerja.
“Sampai sekarang kami masih terbuka mengembangkan kerja sama bagi platform yang sanggup. Delapan yang ada terus dievaluasi berbasis pelayanan peserta dan kewajiban sesuai Permenko. Saat itu diskusi dipimpin oleh Kemenko dan KSP. Manajemen Pelaksana baru dibentuk Maret 17,” ujar dia.
Menurut Panji, pemerintah terbuka bagi perusahaan lain yang memiliki kompetensi sebagai penyelenggara pelatihan untuk program Kartu Prakerja.
“Jika ada platform digital yang ingin berkerja sama, kami terbuka untuk eksplorasi. Sudah ada 3 yang sedang penjajakan. Pengembangan kemitraan masih berlangsung sampai dengan sekarang, karena kami akan menambah platform digital ke depannya,” tutur dia.
“Berdasarkan Perpres 36/2020 desain distribusi program ini memang dengan jalur digital. Kami mulai dengan delapan mitra platform dulu, termasuk Sisnaker (Kemnaker) dan Pijar (Telkom) yang plat merah,” kata dia lagi.(msn)