Indovoices.com-Pemerintah Taiwan menuntut Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, untuk meminta maaf.
Penyebabnya, Tedros meluncurkan tuduhan bahwa Taiwan sudah melancarkan serangan personap terhadap dia dan organisasinya selama wabah virus corona.
Dalam konferensi pers Tedros menyerukan adanya persatuan setelah Presiden AS Donald Trump mengkritik dan mengancam memotong dana WHO.
Setelah itu sepanjang jumpa pers, dia mengklaim pelecehan, termasuk penghinaan rasialis, dia terima sejak virus corona merebak.
Tedros berusaha menghindari penyebutan nama Trump. Tetapi dia mengklaim bahwa penghinaan yang dia terima berasal dari Taiwan.
“Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan,” kata Tedros kepada awak media di Jenewa, menyebut kritikan dan penghinaan daring.
Dia menyebut serangan itu sebenarnya diketahui oleh kementerian luar negeri. Tetapi mereka menjaga jarak.
“Mereka bahkan mulai melancarkan kritik di tengah segala penghinaan yang saya terima. Tetapi saya tidak terima,” ujar Tedros.
Tak pelak, komentar Tedros itu langsung memantik kemarahan dari negara yang berbatasan dengan China, di mana mereka menuding ucapan itu “tak berdasar”.
“Negara kami tak pernah mendukung serangan personal kepada dia, atau membuat komentar diskriminatif,” kata juru bicara kemenlu, Joanne Ou.
Karena itu, Ou menyatakan bahwa kementerian meminta agar pejabat asal Etiopia tersebut meminta maaf karena komentarnya sudah “memfitnah”.
Dalam unggahannya di Facebook, Presiden Tsai Ing-wen mengundang Tedros untuk melihat cara mereka dalam menanggulangi virus corona.
Di kesempatan tersebut, Tsai juga menantang Direktur Jenderal WHO yang menjabat sejak 2017 itu untuk “menentang tekanan dari China”.
“Kami diblokir dari organisasi internasional selama bertahun-tahun. Kami tahu bagaimana rasanya didiskriminasi dan terisolasi,” kata dia.
Relasi yang memburuk
Relasi antara Taipei dengan WHO memburuk sejak wabah merebak, bahkan ketika pakar memuji negara itu atas kesigapan mereka.
Sejauh ini, mereka mengonfirmasi 380 kasus Covid-19 dan lima kematian meski dekat secara geografis dan terlibat perdagangan dengan Negeri “Panda”.
Dalam pertemuan tahunan WHO, biasanya Taiwan akan mendapatkan status sebagai peninjau. Tetapi tekanan Beijing membuat mereka tersisihkan.
Tak hanya dari WHO, tekanan diplomatik Negeri “Panda” juga membuat Taipei tersisih dari badan PBB yang mengurusi penerbangan, atau ICAO.
Beijing masih menganggap Taiwan sebagai wilayah mereka yang terpisahkan, dan harus disatukan secepat mungkin. Bahkan harus menggunakan kekerasan.
Upaya tekanan mereka makin meningkat setelah Tsai, yang dikenal sebagai penentang paham “satu China”, terpilih pada 2016.(msn)