Indovoices.com-Tim dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Toyota dan industri lokal di Yogyakarta, termasuk Rumah Sakit Sardjito, untuk mengembangkan ventilator yang digunakan pasien COVID-19.
Menurut dosen teknik mesin UGM Adhika Widyaparaga, pengembangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ventilator bagi pasien virus corona di rumah sakit dan puskesmas yang masih sangat minim.
Pasien COVID-19 dalam kondisi kritis membutuhkan ventilator agar bisa bernapas dengan baik dan normal sehingga bisa bertahan hidup dan sembuh. “Ventilator dianggap sebagai penyokong kehidupan pasien COVID-19 karena membantu pasien bernapas secara mekanis. Dalam proses pembuatannya, di tim kami juga terlibat teman-teman dokter,” ujar dia.
Dalam satu bulan ke depan, tim peneliti berupaya terus menyempurnakan ventilator portabel yang praktis dan mudah digunakan dengan biaya pembuatan yang terjangkau. Adhika mengatakan untuk mewujudkan prototype ventilator tidak mudah, karena apa yang didesain betul-betul harus bisa memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Lulusan Teknik Biomedis Universitas New South Wales-Australia itu menjelaskan, tantangan utama pengembangan ventilator adalah bagaimana agar alat didisain aman untuk pasien dan memenuhi kebutuhan pasien dan tenaga medis.
“Di situlah integrasi tim teknis dengan tim medis menjadi krusial. Jangan sampai alat yang kita buat ternyata tidak bermanfaat atau malah berbahaya untuk dipakai,” kata dia.
Adhika mengaku timnya sangat berhati-hati dalam membuat ventilator dan lebih mempertimbangkan performa alat serta tingkat keamanan. Meski sudah ada kemajuan, kata dia, saat ini pihaknya tengah memperbaiki fungsi monitoring pressure, flow, oxygen level, serta kemampuan untuk pengaturan parameter pada flow, pressure, respiratory rate.
“Perlu presisi dan memiliki kecepatan respons yang layak. Teman-teman dokter di dalam tim kami menjadi rujukan untuk menilai kesiapan alat ini,” tutur Adhika.
Meski baru sebatas prototype, tim optimistis ventilator yang mereka kerjakan nantinya bisa diaplikasikan dengan baik dan diproduksi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan fasilitas layanan kesehatan masyarakat. Dia juga mengaku, bahwa sementara ini ventilator belum diproduksi banyak, dan masih dalam uji coba.
“Sudah kami uji bersama tim dokter kami di RS Sardjito, dan masih penyempurnaan. Kemarin ada beberapa sensor tambahan yang diminta oleh tim dokter karena pengukurannya cukup penting,” tutur lulusan teknik mesin dari UGM dan Universitas Kyushu-Jepang itu.
Rencananya, tim UGM akan membuat tiga jenis ventilator, yakni versi fully featured ventilator (high end), versi low cost dan versi ambu bag conversion.
Menurutnya, ventilator tanpa ambu bag dan versi ambu bag, proses pembuatannya sangat murah sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar, serta dapat dengan mudah diakses oleh puskesmas sekalipun.
“Target kami paling lambat dalam dua minggu, sudah lengkap semua fitur keamanan, sensor, dan mode sudah dikonfigurasi dan prototype ini bisa digunakan,” kata Adhika.(msn)