Indovoices.com-Sejumlah negara di dunia menanggapi pandemi virus corona dengan beragam cara. Salah satu aspek yang diterapkan berbeda di setiap negara adalah tes penyakit Covid-19.
Sebenarnya ada berapa macam tes yang tersedia dan seberapa luas tes-tes tersebut dipakai negara-negara di dunia?
Ada berapa macam tes virus corona?
Beberapa tes—seperti yang digunakan di rumah sakit-rumah sakit di Inggris—dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang sedang mengidap Covid-19.
Cara melakukan tes ini adalah dengan mengambil sampel atau swab pada bagian hidung atau tenggorokan. Sampel itu kemudian dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda materi genetika virus.
Tes tipe lainnya—uji antibodi—dilakoni untuk mengetahui apakah seseorang sudah pernah terjangkit virus corona.
Tes ini mencari tanda-tanda kekebalan tubuh dengan menggunakan setetes darah pada sebuah perangkat—mirip seperti tes kehamilan.
Seberapa akurat kedua macam tes ini?
Tes diagnostik dengan sampel atau swab yang kemudian dianalisa di lab menggunakan polymerase chain reaction (PCR) sangat terpercaya dan dapat diandalkan.
Akan tetapi, tidak berarti bahwa tes ini akan mampu mendeteksi setiap kasus virus corona. Hasil tes seorang pasien yang berada dalam tahap awal infeksi atau terjangkit virus berkadar relatif rendah bisa muncul negatif.
Kemudian, cara pengambilan sampel juga amat penting. Jika sampel virus di belakang tenggorokan tidak diambil dalam jumlah yang memadai, hasil tes bisa negatif.
Untuk tes antibodi, sejauh ini tes tersebut terbukti tidak bisa diandalkan.
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, mengatakan pekan lalu bahwa 15 tes antibodi sudah diuji, tapi tidak ada yang cukup bagus.
Prof John Newton, yang mengawasi tes corona di Inggris, memaparkan kepada surat kabar The Times, perangkat tes yang dibeli dari China dapat mengenali antibodi para pasien yang mengalami sakit parah akibat vrus corona, tapi tidak mampu mendeteksi kasus dengan gejala ringan.
Tes macam apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia?
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, menyebut lebih dari 500 ribu unit alat rapid test telah didistribusikan. Dia mengakui rapid test ini tidak semuanya efektif.
“Jadi total yang sudah terdistribusi itu bisa mencapai lebih dari 500 ribu unit. Kemudian ternyata juga rapid test ini tidak semuanya efektif. Karena itu, ke depan kita lebih banyak mendatangkan PCR test,” kata Doni dalam rapat dengan Komisi VIII DPR RI yang digelar secara virtual.
Selain rapid test, pemerintah juga menggelar tes menggunakan analisa PCR, menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto.
“Kami sudah melakukan pemeriksaan 14.534 spesimen untuk PCR Real-time. Ini dilaksanakan dari spesimen yang dikirim lebih dari 300 rumah sakit rujukan Covid-19, baik rumah sakit umum pemerintah, rumah sakit BUMN, rumah sakit TNI, rumah sakit Polri, maupun rumah sakit swasta,” kata Yurianto.
Mengapa tes sedemikian penting?
Ada dua alasan utama mengapa penting dilakukan pengujian terhadap khalayak—mendiagnosa mereka secara individu, dan mengetahui seberapa luas penyebaran virus corona.
Informasi ini dapat membantu layanan kesehatan melakukan perencanaan, termasuk menyiapkan unit perawat intensif.
Pengujian juga bisa memberikan informasi kepada pembuat kebijakan mengenai langkah menjaga jarak alias social distancing. Sebagai contoh, jika banyak orang diketahui telah terjangkit virus corona, maka karantina wilayah atau lockdown kurang perlu diterapkan.
Kemudian, tidak melakukan pengujian secara luas berarti banyak orang mengisolasi diri mereka tanpa alasan, termasuk para tenaga kesehatan.
Seberapa beragam pengujian yang dilakukan negara-negara?
Korea Selatan, yang mampu melakukan pengujian lebih luas dari Inggris, bertindak sangat cepat untuk menyetujui produksi alat tes sehingga dapat membangun stok yang cukup.
Meski populasi Korsel lebih sedikit dari Inggris, negara itu punya laboratorium lebih banyak dua kali lipat sehingga kecepatannya untuk menguji per pekan dua kali lebih cepat.
Jerman menjalankan tes tiga kali lebih banyak dari Inggris.
Hingga 27 Maret, Jerman telah menguji 1.096 orang per 100.000 penduduk. Sedangkan Inggris, per 1 April, telah menguji 348 orang dari 100.000 penduduk.
Sebagai perbandingan, Italia menguji 895 orang per 100.000 jiwa; Korsel menguji 842 orang per 100.000 jiwa; AS menguji 348 orang per 100.000 jiwa; dan Jepang menguji 27 orang dari 100.000 jiwa.(msn)