Indovoices.com-Imbauan memakai masker hanya untuk yang sakit atau terinfeksi virus corona sudah tak berlaku lagi. Mulai kemarin, Minggu (5/4), pemerintah meminta seluruh masyarakat untuk memakai pelindung mulut dan hidung tersebut, terutama ketika berada di luar rumah.
“Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), kita jalankan masker untuk semua. Semua harus menggunakan masker,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi persnya.
Masyarakat umum dapat memakai masker berbahan dasar kain. Sementara, tenaga kesehatan wajib mengenakan masker bedah dan N95.
Presiden Joko Widodo pun mengatakan hal serupa pada pagi tadi. “Masker sekarang betul-betul disiapkan dan berikan kepada masyarakat. Kami ingin agar setiap warga yang harus keluar rumah wajib memakai masker,” katanya saat telekonferensi di Istana Bogor, Jawa Barat.
WHO menyarankan semua orang memakai masker karena menemukan kasus individu yang positif Covid-19 dan tidak mengalami gejala. Orang ini tidak merasa sakit, tapi menularkan ke banyak orang. Dampaknya, jumlah orang yang terinfeksi semakin banyak.
Pandemi corona saat ini telah menginfeksi lebih dari 1,2 juta orang. Situs Worldometers mencatat sebanyak 264 ribu orang telah sembuh dan jumlah korban meninggal mencapai 69 ribu orang.
Yurianto mengimbau setiap warga bisa memakai masker kain tiga lapis yang bisa dicuci-pakai berulang kali. “Kita tidak tahu orang di luar bisa tanpa gejala. Kita tidak tahu mereka sumber penyakit,” ucap pria yang kerap disapa Yuri itu.
Batas waktu pemakaian masker jenis ini maksimal empat jam. Setelah itu, setiap pemakai wajib mencucinya dengan sabun dan air sebelum dipakai kembali.
Pemakaian masker kain tak serta-merta membuat seseorang terlindung 100% dari virus corona. Yuri mengingatkan setiap orang untuk tetap menjaga jarak (physical distancing), mencuci tangan dengan sabun, serta beraktivitas di dalam rumah jika tidak ada keperluan penting.
Apa Kekurangan Masker Kain?
Penggunaan masker kain bisa menjadi alternatif bagi warga yang sehat sebagai bagian proteksi diri dari ancaman virus. “Masker kain atau buatan rumah menjadi pilihan terakhir untuk mencegah penularan virus melalui partikel kecil (droplet) setelah masker N95 dan masker bedah,” ujarnya Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Erlina Burhan pada Rabu lalu.
Dari analisis Universitas Johns Hopkins menggambarkan penggunaan masker efektif menekan laju penularan virus di sejumlah negara. Negara yang mampu menekan angka penularan dengan menggunakan masker adalah Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Hongkong.
Imbauan memakai masker kain menjadi pilihan terbaik di tengah semakin mahal dan langkanya masker bedah dan N95 di pasaran. “Masker kain lebih baik dibandingkan tidak menggunakan sama sekali,” kata Erlina.
Namun, perlindungan yang diberikan masker kain tidak seefektif masker bedah. Tingkat perlindungannya untuk droplet ukuran tiga mikron, hanya 10% sampai 60%. Untuk droplet yang lebih kecil, tak akan mampu ditahan oleh masker kain.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler EIjkman Prof Amin Soebandrio mengatakan penyebaran virus corona di udara dalam bentuk aerosollebih banyak terjadi di rumah sakit. Karena itu, para perawat dan dokter di rumah sakit disarankan memakai masker N-95 yang mampu menahan partikel-partikel kecil.
“Ada beberapa prosedur di rumah sakit, misalnya pemasangan ventilator, yang bisa membentuk aerosol, partikelnya lebih kecil daripada droplet,” ucapnya.
Penyebaran Covid-19 melalui udara tidak bisa terjadi di sembarang tempat. Masyarakat tidak perlu khawatir virus corona bisa menyebar melalui udara kalau berada di luar rumah sakit. “WHO pun menyarankan kalau di luar rumah memakasi masker kain tiga lapis karena partikel pembawa virus corona sebenarnya cukup besar,” kata Amin.
Perajin Masker Kain Kebanjiran Order
Perajin masker kain di Kabupaten Lebak, Banten, menerima banyak sekali pesanan dalam sepekan terakhir. “Kami merasa kewalahan melayani permintaannya,” kata Rohmat, seorang perajin berusia 40 tahun di Kecamatan Cikulur, Lebak.
Para konsumen berasal dari DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah pesanannya bisa mencapai 500 sampai seribu lembar per hari. Untuk harga jual, Rohmat mematok sekitar Rp 2 ribu per lembar.
Tingginya permintaan membuat penjahit konveksi beralih membuat masker. “Kami mempekerjakan empat orang dan bisa menghasilkan pendapatan Rp 150 ribu per dua hari,” ujarnya.
Perajin lainnya, Lepi (40 tahun), juga mengaku kebanjiran order. Produksi maskernya setiap hari mencapai 500 lembar. “Pendapatan ekonomi keluarga kami jadi terbantu karena tingginya permintaan masker kain ini,” ucapnya.(msn)