Indovoices.com-Presiden Joko Widodo sudah memesan tiga juta butir pil klorokuin guna membantu penyembuhan pasien Covid-19.
“Klorokuin ini, kita siap tiga juta,” kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka.
Namun, dalam keterangannya di Wisma Atlet Kemayoran, Presiden menegaskan obat tersebut bukanlah obat utama untuk menyembuhkan pasien positif virus corona.
“Yang pertama, saya sampaikan klorokuin ini adalah bukan obat first line, tapi obat second line, karena memang obat Covid-19 ini belum ada, dan juga belum ada antivirusnya,” jelasnya.
“Pengalaman beberapa negara, klorokuin digunakan dan banyak pasien Covid sembuh dan membaik kondisinya,” tambahnya.
Obat yang diproduksi perusahaan Kimia Farma itu, menurut Presiden Jokowi, memerlukan resep dokter.
“Ini bukan obat bebas. Penggunaannya harus dengan resep dokter. Pemerintah memiliki stok tiga juta. Jadi untuk pasien Covid-19 yang ada di RS jika dianggap dokter klorokuin cocok untuk pasien tersebut, pasti akan diberikan,” kata Jokowi.
Senada dengan Jokowi, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim obat yang digunakan untuk melawan malaria itu telah disetujui untuk mengobati virus corona baru.
Apakah efektivitas klorokuin sudah terbukti?
Klorokuin telah ada selama beberapa dekade. Obat ini tidak lagi direkomendasikan di banyak negara di Afrika karena resistensi yang dibangun oleh parasit malaria.
Beberapa negara telah membuat aturan untuk membatasi penggunaan obat ini, tetapi obat ini tetap populer di negara-negara dengan pasar obat sektor swasta yang aktif dan dijual secara luas.
Di Nigeria, permintaan klorokuin tinggi hingga mengarah ke kekurangan akibat pernyataan Trump.
Di Indonesia sendiri, seperti dilansir di laman Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Klorokuin masuk dalam kategori obat generik antimalaria.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengimbau masyarakat tidak membeli dan menyimpan obat jenis klorokuin.
“Klorokuin obat digunakan untuk penyembuhan. Bukan pencegahan. Maka masyarakat tidak perlu membeli dan menyimpan klorokuin,” kata Yuri (21/03).
“Ini obat yang diberikan dengan resep dokter dan dengan pengawasan,” ujarnya.
Apa status penelitian global?
Tidak mengherankan bahwa klorokuin telah menjadi bagian dari pencarian obat untuk membantu pemulihan pasien virus corona.
Obat itu terkenal, murah dan mudah diproduksi.
Dalam mengobati pasien malaria, obat ini telah digunakan untuk mengurangi demam dan peradangan.
“Klorokuin tampaknya memblokir virus corona dalam studi laboratorium. Ada beberapa bukti anekdotal dari dokter yang mengatakan bahwa obat itu tampaknya membantu,” kata James Gallagher, koresponden kesehatan BBC.
Tetapi yang harus diperhatikan, belum ada uji klinis lengkap yang menunjukkan bagaimana obat tersebut bereaksi pada pasien yang sebenarnya, meskipun uji coba sedang berlangsung di China, AS, Inggris dan Spanyol.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada bukti definitif terhadap efektivitas Klorokuin, tetapi uji coba berkelanjutan sedang dilaksanakan.
“Untuk mengetahui terapi mana yang dapat bekerja untuk mengobati infeksi virus, kita perlu melakukan uji klinis untuk mendapatkan bukti lengkap untuk mengetahui apakah obat itu bekerja atau tidak,” kata Prof Trudie Lang, direktur Jaringan Kesehatan Global di Universitas Oxford.
Pencarian informasi terkait Klorokuin telah meningkat dalam sepekan terakhir, menurut data Google Trends, dan pengusaha Elon Musk menyebabkan kegemparan ketika ia menulis dalam akun Twitternya beberapa penelitian tentang obat itu.
Kelangkaan di Nigeria
Pandemi virus corona sedang menjadi buah bibir di Nigeria, baik di gereja, masjid dan sekolah, lapor Daniel Semeniworima, dari BBC Pidgin di Lagos.
Banyak keluarga Nigeria masih menggunakan obat yang mengandung klorokuin untuk mengobati malaria, meskipun obat itu dilarang pada tahun 2005.
Berita terkait penelitian tentang penggunaan klorokuin untuk mengobati virus corona di China telah memicu debat di Lagos, sehingga orang-orang bersiap-siap membeli klorokuin.
Toko-toko dan ahli kimia menjual obat itu dengan sangat cepat.
Namun, Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria telah memberi tahu masyarakat untuk berhenti memakainya.
“WHO belum menyetujui penggunaan chloroquine untuk pengobatan # COVID19.”
Daniel Semeniworima mengatakan orang-orang berusaha untuk tetap aman, namun tindakan membeli klorokuin memiliki konsekuensi medis yang serius.
Sejumlah orang dilaporkan mengalami overdosis akibat penggunaan klorokuin.
Bagaimana di Amerika Serikat?
Presiden Trump, pada jumpa pers hariannya, mengklaim bahwa klorokuin telah disetujui untuk digunakan dalam pengobatan Covid-19 oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA).
FDA adalah badan yang bertanggung jawab atas lisensi obat-obatan di Amerika.
“Kita akan dapat membuat obat itu segera tersedia. Dan di situlah FDA begitu hebat. Mereka telah melalui proses persetujuan dan sudah disetujui.”
Namun, FDA telah menegaskan bahwa pihaknya belum menyetujui penggunaan klorokuin untuk pasien Covid-19.
“Belum ada terapi atau obat yang disetujui FDA untuk mengobati, menyembuhkan atau mencegah Covid-19.”
Namun, FDA mengatakan bahwa penelitian sedang dilakukan untuk melihat apakah klorokuin dapat efektif dalam pengobatan Covid-19.
FDA juga mengatakan telah diarahkan oleh Trump untuk membuat uji klinis untuk menyelidiki obat tersebut.
Pada konferensi pers kemudian, Trump mengatakan klorokuin telah disetujui untuk “penggunaan untuk belas kasih” (compassionate use).
Di sinilah dokter dapat memberikan obat yang belum mendapat persetujuan resmi pemerintah untuk pasien dalam keadaan kritis.
Dokter dapat meresepkan klorokuin dalam keadaan ini, karena itu adalah obat terdaftar. (msn)