Indovoices.com-Jajaran toko barang seni (artshop) di Ubud, Gianyar, Bali, tampak sunyi. Lalu lalang wisatawan domestik dan mancanegara tak riuh seperti hari-hari biasanya, sebelum pandemivirus corona menjadi perbincangan.
Pun demikian, Intan, salah satu pedagang artshop di Ubud, tak kehilangan semangat. Ia menyapa wisatawan yang melintas satu per satu, yang jumlahnya saat ini cuma hitungan jari. Tidak lain agar seseorang membeli barang kerajinan yang dijajakannya.
Usahanya boleh dibilang sia-sia. Bagaimana tidak? Sejak pagi hingga jelang matahari terbenam, cuma ada satu wisatawan yang mampir dan membeli cendera mata. “Dari tadi pagi, saya hanya berjualan Rp50 ribu dan sampai menjelang sore belum ada lagi yang mampir. Biasanya, pagi sudah dapat Rp700 ribu,” ujarnya.
Virus corona, sejak menjadi wabah hingga dinaikkan statusnya menjadi pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), membuat kunjungan wisatawan ke Bali merosot drastis. Jangan heran, wajah pariwisata primadona di Indonesia tersebut lebih sendu.
Lalu lintas kendaraan di sepanjang jalan raya Ubud tampak lengang. Tak banyak mobil dan sepeda motor yang melaju. Padahal, macet adalah ‘aksesori’ sehari-hari Ubud.
Begitu pula dengan obyek wisata hutan kera di jalan raya Monkey Forest. Kadek Putra Gunawan, salah seorang petugas keamanan setempat bilang jumlah kunjungan turun, terutama sejak larangan penerbangan sementara dari China.
Maklum, obyek wisata seluas 12 hektare (ha) yang dihuni sekitar 1.000 kera itu umumnya ramai kedatangan turis dari Negeri Tirai Bambu. “Boleh dibilang sudah tidak ada lagi wisatawan China yang datang ke sini, sejak ditutup (penerbangan sementara),” tutur dia.
Menemui salah satu wisatawan yang sedang melintas. Johanna, asal Amerika Serikat, mengaku tak mengindahkan larangan perjalanan karena pandemi virus corona. Ia juga mengaku tak takut.
“Ubud sangat bagus. Tempat lainnya juga sangat bagus. Orangnya ramah-ramah. Soal virus corona, itu masalah di berbagai negara. Tetapi, jangan khawatir berlebihan, yang penting hidup bersih dan sehat. Ikuti arahan pemerintah kalian,” terang perempuan 30 tahun tersebut.
Rakula, wisatawan asal Rumania yang baru mendarat di Bali pekan lalu juga mengaku tak khawatir. Menurut dia, Bali tempat yang aman. “Saya sudah lima hari di Ubud, menikmati air terjun, dan saya akan ke Pantai Lovina, Singaraja,” katanya.
Bali memang tidak benar-benar ditinggalkan pengagumnya. Masih ada saja wisatawan yang berkunjung di tengah meluasnya pandemi virus corona.
Hingga Sabtu (14/3), John Hopkins University (JHU) menyebutkan kasus terinfeksi virus corona di dunia sebanyak 144.833 orang, dengan jumlah kematian 5.398 orang. Di Indonesia sendiri, sebanyak 96 orang terinfeksi, 5 orang meninggal dunia, dan 8 orang telah dinyatakan sembuh.
I Gede Ricky Sukarta, Ketua Bali Villa Association (BVA) Bali menyiratkan pariwisata Bali lebih sepi dari biasanya. Hal itu juga tercermin dari okupansi rata-rata villa yang hanya sekitar 30-40 persen. “Di Bali, tingkat hunian villa biasanya mencapai 80 persen, meskipun saat low season (bukan musim liburan),” ujarnya.
Kebanyakan villa yang terdampak ada di wilayah selatan, yang menjadi pilihan menginap rombongan turis asal China. Sementara di Denpasar, okupansi hotel masih di kisaran 50 persen.
Namun, angka itu diperkirakan masih akan terperosok lebih dalam, mengingat status pandemi yang disematkan WHO. Pandemi ialah penyebaran penyakit baru di seluruh dunia dan mempengaruhi banyak orang.
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Denpasar Dezire Mulyani memprediksi kondisi ini akan berlangsung setidaknya hingga dua bulan ke depan atau Mei 2020. “Toh, sudah banyak pembatalan dari biro perjalanan luar negeri ke Bali,” jelasnya.
Tren Turun
Jumlah kunjungan ke Bali pernah anjlok sangat dalam usai kejadian Bom Bali pada 2002. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan saat itu masih tembus 1,28 juta wisatawan. Namun, setahun setelahnya, yakni 2003, jumlahnya merosot 22,76 persen ke posisi 993 ribu wisatawan.
Kemudian, Bali bangkit pada 2004 dengan jumlah kunjungan melesat 48 persen menjadi 1,47 juta wisatawan. Pertumbuhan jumlah kunjungan ini terus mendaki tahun ke tahun, sampai puncaknya mencapai 6,27 juta wisatawan pada 2019 lalu.
Namun, Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Arie Ahsanurrohim menuturkan tren pergerakan penumpang dari Januari sampai Maret mulai turun. Memang, angka penurunannya masih kurang dari satu persen.
Tetapi, tren penurunan ini tidak boleh dianggap remeh. Alasannya, lanjut dia, penurunan terjadi di terminal kedatangan internasional dan domestik. “Apa penurunan ini dampak virus corona? Iya, pasti imbasnya dari corona,” imbuh dia.
Apalagi, pemerintah telah mengguyur insentif fiskal bagi sektor pariwisata di 10 destinasi favorit, termasuk di dalamnya Bali. Tak tanggung-tanggung, untuk diskon tiket pesawat, pemerintah menggelontorkan Rp443,39 miliar, untuk promosi pariwisata Rp25 miliar, dan alokasi untuk maskapai dan biro perjalanan Rp98,5 miliar. (msn)