Indovoices.com-Juru Bicara Pemerintah Indonesia untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan penyebaran virus Corona di seluruh dunia sudah masuk gelombang kedua atau second wave. Dalam tahap ini, situasi yang terjadi berbeda dengan gelombang pertama atau first wave saat pertama kali wabah Corona meledak di Wuhan, Cina.
Perbedaannya di gelombang pertama, angka penularan di daratan Cina sangat tinggi sementara di negara lain masih rendah. Di gelombang kedua berlaku sebaliknya.
“Kemarin saya lihat lagi datanya ada 20 negara baru yang baru melaporkan ada kasus di negara itu. Ada 20 negara baru, artinya kita tahu ini menyebarnya cepat sekali,” kata Yurianto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta.
Sampai Rabu ini, tercatat ada 76 negara yang melaporkan kasus virus Corona. Negara- negara tersebut tersebar di Asia, Eropa hingga Amerika.
Selain itu, kata Yurianto, terjadi perubahan gambaran klinis dari infeksi ini. Bila di gelombang pertama ada masa inkubasi selama 14 hari, penderita mengalami gejala demam, batuk dan sesak, maka di gelombang kedua berbeda.
Yurianto menjelaskan di gelombang kedua ini beberapa kasus menunjukkan masa inkubasinya pun bisa lebih lama. Kasus ini yang kemudian publik menyebutnya sebagai ‘kebobolan’. “Dianggap 14 hari (observasi) sudah negatif, boleh pulang, ternyata munculnya di hari ke-20 atau ke-21 dan menular ke mana-mana karena di hari ke-14 sudah tidak diawasi,” ujarnya.
Selain itu, kata Yurianto, ada kasus dengan gejala yang minimal bahkan asimtomatis atau tanpa gejala. “Pasti ke mana-mana lolos (pemeriksaan suhu tubuh). Ini yang bisa dipakai menjelaskan kenapa sumber kontak di klaster (klub dansa) Amigos itu tidak ke-detect di bandara karena tanpa keluhan,” ujarnya.
Meski demikian, kata Yurianto, rasio kematian akibat virus Corona di gelombang kedua ini justru menurun. “Kalau dulu 3 persen, sekarang 2 persen,” kata dia.
Yurianto meminta publik tidak khawatir. Ia mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh terjaga sehingga tidak tertular COVID-19.(msn)