Indovoices.com-Kementerian Perindustrian memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja terampil ke Jepang, misalnya di sektor industri perkapalan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia mampu kompetitif dengan para pekerja luar negeri.
“Upaya yang dilakukan ini merupakan hasil kunjungan kami ke negara Jepang beberapa waktu lalu. Ini menjadi implementasi mengenai kebijakan baru pemerintah Jepang, yaitu program Tokutei Ginou atau pekerja keterampilan khusus asal luar negeri,” kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta.
Putu menjelaskan, adanya kebijakan Jepang tersebut, karena terus meningkatnya kebutuhan tenaga kerja kompeten di Negeri Sakura dengan total mencapai 345.000 orang dalam lima tahun ke depan. Adapun berbagai sektor manufaktur yang membuka kesempatan itu antara lain industri permesinan, otomotif, elektronika, makanan dan minuman, pesawat dan MRO, serta perkapalan.
“Di tahun-tahun sebelumnya, negara-negara yang telah menjadi pemasok tenaga kerja itu, berasal dari Vietnam, Filipina, China, dan India,” sebutnya. Oleh karena itu, guna merealisasikannya, Kemenperin menjalin kerja sama dengan The Cooperative Association of Japan Shipbuilders (CAJS) dan Japan International Cooperation Agency (JICA).
“Pada program tahap pertama, kami melakukan seleksi terhadap mahasiswa lulusan teknik perkapalan terbaik dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” ungkap Putu. Tercatat, sebanyak 110 pelamar yang berasal dari tujuh kampus di Indonesia yang ikut berpartisipasi. “Setelah melalui beberapa tahap seleksi, didapatkan 11 kandidat yang telah ditentukan untuk ditempatkan di sembilan galangan kapal anggota CAJS. Posisi mereka ini berada di level teknisi menengah,” imbuhnya.
Putu menyampaikan, pihaknya merasa berbangga, karena dalam kurun satu bulan proses magang yang telah dijalani, ke-11 peserta mendapatkan kontrak perpanjangan di perusahaan mereka masing-masing. “Tentunya, selain dari usaha keras para peserta, tetapi juga tidak terlepas dari fondasi dan dukungan dari perguruan tingginya yang telah membuktikan kualitas kurikulum dan pengajarannya,” terangnya.
Di samping itu, Kemenperin berharap kepada 11 peserta tersebut bisa menjadi ambassador atau duta Indonesia, baik itu dalam aspek pengembangan SDM dan kerja sama Industri. “Dari bidang SDM industri, para duta ini diharapkan dapat menjadi agen informasi kepada tempat perusahaannya bekerja untuk menggunakan pekerja industri terlatih asal Indonesia baik dari bidang engineer sampai welder,” ujarnya.
Sedangkan untuk kerja sama industri, para duta ini diharapkan dapat menjadi jembatan informasi bagi industri perkapalan di Jepang terkait kemampuan dan pasar industri maritim di Indonesia untuk dapat melakukan kerja sama pembangunan kapal ataupun investasi pembangunan produk komponen kapal di Indonesia. “Ke depan akan dikembangkan skema-skema lain yang pada hilirnya adalah untuk kemajuan industri perkapalan di Indonesia,” tandasnya.
Naufal Muhadzib Rafif, salah satu lulusan Teknik Perkapalan Universitas Indonesia yang termasuk dalam 11 peserta program tenaga kerja terlatih (skilled worker) industri perkapalan ini, memberikan apresiasi kepada Kemenperin yang menginisiasi program tersebut. “Ini menjadi pengalaman menarik buat saya, karena bisa belajar lebih dalam lagi mengenai teknik atau mesin perkapalan di Jepang,” ucapnya.
Naufal berkeinginan, setelah nanti mendapat pengalaman berharga di Jepang, dirinya akan melakukan transfer knowledge bagi para pekerja industri perkapalan di Indonesia. “Jadi, kami akan bisa berkontribusi untuk kebutuhan di dalam negeri. Bahkan, diharapkan bisa berupaya menarik investasi,” ujar Naufal.
Hal senada disampaikan oleh Mochamad Hidayat selaku lulusan Teknik Sistem Perkapalan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, bahwa dirinya juga siap membangun industri perkapalan di Indonesia setelah mendapat pengalaman kerja di Jepang. “Di Jepang, kami mengalami proses produksi yang cukup tinggi,” ungkapnya.
Menariknya, para fresh graduate tersebut memperoleh upah selama proses magang dan akan mendapat gaji yang cukup tinggi setelah bekerja. “Ketika magang, kami mendapat 3000 yen per hari. Informasinya, ketika nanti kerja, kami akan mendapat gaji sekitar 200 ribu yen per bulan atau Rp25 juta,” ungkap Naufal.
Bisnis industri perkapalan atau galangan kapal di Indonesia dinilai masih prospektif. Apalagi, industri tersebut merupakan salah satu sektor yang strategis dan mempunyai peran vital bagi pendorong roda perekonomian nasional. Selain itu, guna mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kemenperin mencatat, industri perkapalan nasional sudah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal menjadi lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk bangunan baru dan hingga 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal. (kemenperin)