Indovoices.com-Wabah virus Corona Wuhan alias Covid-19 mengakibatkan terkendalanya produksi bahan baku farmasi untuk produk obat. Padahal, sekitar 60 persen bahan baku impor farmasi Indonesia berasal dari China.
Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto menganggap kondisi ini sebagai sebuah peluang untuk berinvestasi dan memperkuat produksi bahan baku produk obat dalam negeri.
“Saya tidak anggap ini tantangan. Kita tetap berjuang, kekurangannya di mana lalu kita subsitusi dengan obat asli Indonesia, sehingga kalau obatnya kurang, entah naik atau turun,” kata Terawan, dalam acara kunjungan pabrik Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), di Bekasi.
Saat ini, pemerintah sudah mensubstitusi bahan baku dan industri farmasi sudah memiliki kompentensi dalam memajukan ketersediaan bahan baku obat di dalam negeri.
Memanfaatkan bahan baku obat asli Indonesia ini, kata Terawan merupakan target jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan obat dalam negeri, dan sebagai solusi dari ketergantungan bahan baku impor farmasi.
Sementara, dalam target jangka panjangnya adalah farmasi Indonesia mampu melakukan ekspor bahan baku ke negara lain.
“Jangka panjang kita yang ekspor, bukan hanya memenuhi (kebutuhan obat dalam negeri) saja, dan selalu optimis ke depan Indonesia menjadi industri bahan baku,” ujarnya.
Bahan baku asli Indonesia yang dimaksudkan oleh Terawan adalah bahan baku obat yang berasal dari obat fitofarmaka yang telah dikembangkan oleh industri farmasi di Indonesia, dan disebut Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
“OMAI ini manfaatnya sangat besar dan baik. Efek sampingnya sangat kecil, bahkan dianggap tidak ada. Jadi ini sebuah kesempatan,” tuturnya.
Pasalnya, karena bahan utama OMAI adalah tanaman asli Indonesia, maka pemanfaatan dan bahannya juga bisa dengan mudah terpenuhi dan sangat penting karena bisa menekan harga obat menjadi sangat terjangkau.
“Nah ini kalian sudah tahu juga harga obat turun semua dan saya sudah dapat masukan harga obat turun, karena kita langsung dorong bahan baku percepatan OMAI dan ini sangat mendorong,” kata dia.
Executive Director of DLBS, Dr Raymond Tjandrawinata, pemanfaatan OMAI dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dinilai efektif bagi industri dalam mendorong pengembangan produksi bahan baku dalam negeri.
Peneliti yang dilibatkan dalam riset dan mengembangkan bahan baku asli Indonesia, tidak hanya melihat potensi bahan baku terbatas dari risetnya manfaat bahan bakunya saja, melainkan hingga potensi hasil riset di tingkat hilit.
“Kalau hasil penelitian kami tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi peningkatan kesehatan masyarakat, sangat disayangkan karena obat yang telah kami temukan, teliti, dan kami uji memiliki efikasi yang setara dengan obat-obatan berbahan baku kimia,” ujar dia.
Serta, pada potensi multiplier ekonomi, pemanfaatan bahan baku asli Indonesia dalam produk obat ini juga akan mampu memberdayakan para petani di berbagai daerah.
Beberapa contoh bahan baku asli Indonesia yaitu bungur dan kayu manis dari petani di Gunung Kerinci, Jambi. Kedua bahan ini telah melalui uji klinis yang baik untuk obat diabetes, dengan efikasi Metformin.
Redacid berbahan baku kayu manis baik untuk gangguan lambung. Disolf berbahan baku cacing tanah, bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah.
Serta, bahan baku Meniran, bermanfaat untuk Stimuno yang merupakan imunomodulator. (msn)