Indovoices.com-Virus corona telah menewaskan lebih dari 2.200 orang dengan persebaran meliputi 28 negara. Wabah ini telah membuat masyarakat menoleh pada industri global produsen vaksin, yang ternyata hanya dikuasai oleh 4 perusahaan di dunia.
Perusahaan riset dan manajemen aset global, AB Bernstein yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS), melaporkan dalam 10 tahun terakhir pasar vaksin dunia telah meningkat enam kali lipat. Nilai pasarnya sebesar USD 35 miliar atau sekitar Rp 482 triliun.
“Sekitar 85 persen dari nilai pasar itu hanya dikuasai oleh empat industri farmasi global penghasil vaksin,” tulis riset tersebut seperti dilansir CNBC.
Keempat industri farmasi penguasa pasar vaksin dunia adalah GlaxoSmithKline (Inggris), Sanofi (Prancis), dan Merck serta Pfizer yang berbasis di AS. Masih menurut riset AB Bernstein, kinerja keuangan perusahaan industri farmasi global penghasil vaksin itu, justru ditopang oleh negara-negara termiskin di dunia.
“Untuk setiap dolar yang diinvestasikan dalam vaksinasi di 94 negara berpenghasilan terendah di dunia, perusahaan meraup laba bersih USD 44. Sebuah fakta yang sulit diperdebatkan,” kata salah seorang analis di AB Bernstein, Wimal Kapadia.
Menurutnya, struktur pasar vaksin di dunia bersifat oligopoli. Kenyataan ini dipengaruhi oleh konsolidasi di pasar, serta rantai pasokan (supply chain) dari industri manufaktur yang kompleks.
Keempat perusahaan itu telah berlomba untuk memerangi virus corona. Investor pun berbondong-bondong mendanai riset pengembangan vaksin corona, dengan harapan modal yang mereka tanamkan dapat membuahkan hasil.
Reuters melaporkan, GlaxoSmithKline Plc (GSK) sedang mengembangkan vaksin novel corona virus. Proyek ini bekerja sama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
GSK akan menggunakan teknologi adjuvant dalam pembuatan vaksin virus 2019-nCoV. Adjuvant merupakan zat campuran dalam vaksin yang dapat meningkatkan dan mempercepat respons imun terhadap antigen.
Sementara itu Sanofi yang berpengalaman mengembangkan vaksin SARS pada 2003, juga bekerja sama dengan pemerintah AS untuk menemukan formula vaksin corona.
Vaksin juga telah menjadi bisnis besar bagi Merck. Dari lini usaha ini, pada 2019 lalu perusahaan meraup pendapatan USD 8,4 miliar. Pertumbuhan pendapatan dari bisnis vaksin rata-rata sebesar 9 persen per tahun sejak 2010 silam.
Bisnis vaksin Pfizer memang stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Tapi secara keseluruhan, Kapadia menyebut bisnis vaksin merupakan investasi yang menghasilkan keuntungan jangka panjang.
“Vaksin adalah aset berumur panjang. Memiliki hambatan tinggi untuk masuk, namun harga jualnya terus berkembang,” kata Kapadia dalam ulasannya tentang bisnis vaksin perusahaan farmasi global. (msn)