Indovoices.com-Selama hampir 12 bulan duduk sebagai representasi Kawasan Asia di Dewan Keamanan (DK) PBB, Indonesia telah memenuhi janji kampanyenya untuk menjadi a true partner for world peace dengan mengedepankan pendekatan konstruktif dan menjadi penghubung negara-negara anggota dalam isu-isu yang sensitif.
Selain itu, Indonesia juga konsisten dalam menjembatani perbedaan pandangan antara anggota DK PBB dan mendorong kesatuan suara DK PB, serta terus memberikan perhatian khusus terhadap berbagai agenda DK PBB yang terkait dengan negara di Kawasan Asia.
Hal tersebut terungkap saat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menggelar pertemuan dengan sejumlah warganet untuk berdiskusi mengenai kiprah Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB periode 2019-2020 di Gedung Pancasila Kemlu, Jakarta.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Febrian Ruddyard pada kesempatan tersebut menggunakan konsep film Pacific Rim untuk menggambarkan kolaborasi negara-negara yang duduk di DK PBB.
“Jaeger merupakan robot pahlawan yang perlu dipiloti oleh sedikitnya dua orang, tetapi mereka harus saling koordinasi dan melihat tindakan yang akan dilakukan satu sama lain agar bisa menyelamatkan dunia. Ini yang kita lakukan di DK PBB, tetapi melibatkan 15 pilot yang yang tidak mudah untuk menyatukan pikiran,” jelasnya
Sejak memulai keanggotaannya, Indonesia dipercaya untuk memimpin tiga Komite Sanksi mengenai terorisme dan perlucutan senjata di DK PBB, yaitu Komite 1267, Komite 1988, dan Komite 1540.
Kontribusi Indonesia di DK PBB juga terlihat dari peran aktif sebagai co-penholders dua isu penting, yaitu Palestina (bersama Kuwait) dan Afghanistan (bersama Jerman).
Ketika menjabat sebagai Presiden DK PBB selama bulan Mei 2019, Indonesia berhasil menunjukkan esensi kepemimpinan intelektualnya melalui pemilihan tema “Investing in Peace” dan penyelenggaraan sejumlah signature events.
Pertama, Presidensi Indonesia telah berhasil mengesahkan empat Resolusi, yakni satu Presidential Statement, tiga Press Statement, dan tiga Element to the Press.
Kedua, memperkenalkan working method baru yang inovatif, yaitu Sofa Talk dan Regional Wrap-up Session
Ketiga, menampilkan soft power diplomasi Indonesia melalui Diplomasi Batik, Tari Saman Gayo Aceh, dan lagu-lagu khas daerah.
Kontribusi Indonesia di DK PBB juga tidak hanya sebatas partisipasi pertemuan di New York saja, tetapi juga lebih dari itu.
Isu-isu strategis yang turut menjadi perhatian Indonesia adalah mengenai Misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia, di mana Indonesia merupakan negara kontributor pasukan terbesar ke-8 dari 128 negara dengan jumlah pasukan sebanyak 2.912, yang 121 di antaranya adalah perempuan.
Selain itu, Indonesia secara aktif mendorong pemajuan isu Women, Peace, and Security di tingkat kawasan melalui inisiatif penyelenggaraan Regional Training
Selanjutnya, belum lama ini Indonesia berhasil pula memprakarsai penyelenggaraan pertemuan Retreat DK PBB di Bali pada 26-27 November 2019 yang menghadirkan negara anggota tetap DK PBB (P5), negara anggota tidak tetap (E10), dan Incoming 5.
Posisi Indonesia dalam pembahasan di DK PBB mempertimbangkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat luas yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai saluran, termasuk masukan warganet melalui media sosial.
“Indonesia memerlikan dukungan semua pihak, termasuk dukungan warganet untuk turut mendiseminasikan perjuangan dan capaian Indonesia di DK PBB. Perjuangan diplomasi Indonesia tidak hanya dilakukan oleh para diplomat, namun juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” tandas Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Febrian Ruddyard. (jpp)