Miris rasanya melihat apa yang terjadi di negeri ini. Kita kembali disajikan aksi politik tidak berkualitas dan politik dengan jualan agama. Mengaku paling benar dan paling beragama lalu menuding yang lain kafir dan anti Islam dilakukan. Bahkan meski sudah melakukan hal yang baik pun masih saja disebut tidak benar dan pencitraan.
Itulah yang terjadi saat Presiden Jokowi sudah melakukan hal baik bagi krisis Rohingya di Myanmar. Presiden Jokowi yang sudah melakukan banyak hal untuk terlibat langsung dalam krisis Rohingya dan juga memberikan bantuan hanya dianggap angin lalu oleh para alwan politiknya. Parahnya, itu hanya dianggap sebagai pencitraan.
Siapa lagi yang mengatakan hal itu kalaulah bukan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Prabowo yang tidak jelas sekarang apa kerjaannya dan tidak pernah terlihat becus memimpin dan mengendalikan anak buahnya di Gerindra semakin membuktikan kualitas kepemimpinannya. Kalau anak buahnya jago hoax dan nyinyir, maka Ketua Umumnya tentu saja yang paling jago.
Bagaimana tidak paling hebat nyinyir dan ngehoaxnya, Prabowo menyebut bahwa bantuan tersebut hanyalah pencitraan dan kadang-kadang tidak sampai. Kalau yang dimaksud Prabowo adalah FPI jelaslah benar kalau bantuan tersebut tidak sampai, kalau bantuan Presiden Jokowi jelas sudah sampai. Ini buktinya..
Lalu mengapa Prabowo bilang kalau bantuan kadang-kadang tidak sampai?? Jadi paham mengapa Fadli Zon bisa melakukan nyinyiran tanpa otak dan logika yang masuk akal, lah ketua umumnya aja seperti Prabowo ini yang suka nyinyir tidak jelas. Apa memang Gerindra ini kumpulan pakar nyinyir dan hoax yah??
Yang paling aneh lagi tentu saja PKS, mengaku aksi demo bela Rohingya adalah bukti KeIndonesiaan. Bukti KeIndonesiaan apa kalau demo begini?? Ini bukan bukti keIndonesiaan, ini bukti orang yang hanya sandiwara saja peduli kemanusiaan. Lah, mampunya cuman demo tidak tentu arah.
Kalau memang peduli kemanusiaan, seharusnya tidak perlu demo. Apa tidak tahu demo itu mengganggu kemanusiaan orang Indonesia lain?? Sok peduli kemanusiaan Rohingya, kemanusiaan di Indonesia saja tidak dipedulikan dengan melakukan demo. Kalau mau peduli kemanusiaan lihatlah 5 pesawat hercules kiriman Presiden Jokowi sudah sampia ke Bangladesh.
Memang paling enak jadi pakar nyinyir, hoax dan pura-pura peduli. Hanya modal tebal muka dan otak kerdil. Tidak usah pakai strategi apapun, cukup nyinyir dan semua kompak satu suara dengan nyinyiran tersebut. Dan akhirnya jadilah propaganda dan jadilah kebenaran yang mengadu domba dan memecah belah bangsa.
PKS dan Gerindra ini memang tidak tahu diri. Mereka tidak sadar bahwa mereka mengaku Indonesia tetapi kelakuannya hanya ingin merusak dan menghancurkan keIndonesiaan. Isu Rohingya bukannya menjadi isu kemanusiaan, tetapi hanya menjadi isu politik untuk mengkerdilkan pemerintahan.
Mereka tidak peduli kalau aksi mereka ini mengancam keutuhan bangsa, mereka hanya peduli diri mereka dan keberlangsungan hidup partai mereka. Dan ini adalah aksi “makar” yang paling mengerikan. Contohnya sudah banyk dan kini mau dilakukan di Indonesia. Bagi mereka daripada kalah, mending Indonesia terjdi pertumpahan darah.
Pernyataan saya ini bukan main-main. Mereka ini memang sengaja bermain dalam posisi itu. Bermain dalam posisi dimana ancaman perpecahan akan membuat Presiden Jokowi melemah. Mereka tidak suka kalau Indonesia jadi maju dan perekonomian semakin baik. Karena itu berarti dua periode Presiden Jokowi.
Kalau itu terjadi, maka bisa dibayangkan berapa lama lagi mereka harus berpuasa dari menggarong APBN dan jadi mafia dalam proyek-proyek pemerintah. Sangat menyedihkan. Tetapi itulah mereka, partai yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri bukan kepentingan bangsa.
Mereka berpikir strategi memecah belah dan merobek-robek keharmonisasian kehidupan bermasyarakat seperti di Jakarta akan kembali berhasil. Makanya mereka ingin mencobanya di Pilpres 2019 dengan melakukan pemanasannya jelang Pilkada serentak 2018. Intinya, ada saja isu Rohingya atau isu agama (meski tidak ada hubungannya), maka mereka akan demo dan melakukan propaganda.
Intinya membuat pemerintahan terlihat kacau, represif, dan juga anti Islam. Ditambah lagi munculnya isu PKI. Isu-isu ini dilakukan demi menjungkalkan Presiden Jokowi. Dan dibalik itu semua ada sebuah mesin penghancur yang siap meledak bernama militer. Khusus ini akan saya bahas di tulisan saya selanjutnya.
Saatnya kita tidak diam dan kita harus lawan para cecunguk perusak bangsa ini. Hantam dan bungkam mereka dengan suara yang nyungsep. Lakukan pergerakan dan sebarkan hal-hal positif untuk mengcounter fitnah dan hoax dari mereka. Kita harus pertahankan Indonesia.
Salam NKRI.