Site icon indovoices.com

KAUM MUDA  BERGERAK  MENYELAMATKAN  BUMI.

Aksi  #FridaysForFuture dilakukan secara serentak tanggal  15 Maret lalu,  di  1693 kota dari 106 negara. Ini unjuk rasa  kaum muda  yang meminta komitmen nyata para pemimpin dunia terhadap perubahan iklim dan berbagai masalah lingkungan,  yang menghancurkan planet bumi dan tidak  bisa dikembalikan lagi.

Di pusat kota Milan,  diperkirakan 20 ribu anak muda mogok sekolah,  dan pergi berunjuk rasa. Turut hadir bersama mereka: para guru, profesor, wartawan, penulis, keluarga,  perwakilan dari banyak asosiasi lingkungan dan walikota Milan Beppe Sala. Di kota Brescia, Uskup Pierantonio Tremolada dan walikota kotanya  Emilio Del Bono ikut dalam aksi mogok global ini. Kota Roma, Turin, Triste dan kota – kota di Italia Selatan juga melakukan  aksi yang sama.

Unjuk rasa kaum muda juga berlangsung di  Belanda, Jerman, Iceland, Belgia, Swedia dan di negara Eropa lainnya. Kemudian beberapa kota di Amerika: Philadelphia, Portland, Denver  New York dan Montreal Canada. India salah satu negara di Asia yang ikut ambil bagian dalam aksi ini. Sedangkan para siswa di Australia sudah terlebih dahulu melakukannya, dalam  School Strike 4 Climate Action pada tanggal 30 November 2018 dan Youth Strikers 4 Climate Change pada tanggal 15 Februari 2019.

#FridaysForFuture, Amsterdam 2019.

Demonstrasi global ini terinspirasi dari sikap  Greta Thunberg, seorang  pelajar  Swedia berusia 16 tahun. Aksi dimulai, ketika dia tahu untuk pertama kalinya, dampak buruk dari perubahan iklim dan pemanasan global.  Greta sangat kecewa, karena tidak ada seorang pun yang membicarakannya.

Gadis berkepang dua ini, kemudian mencoba untuk merubahnya. Dimulai dari dirinya   menjadi seorang vegetarian dan meyakinkan keluarganya untuk mengikutinya. Karena akan menambah polusi udara,  dia juga tidak mau naik  pesawat. Setiap pergi ke sekolah, Greta menggunakan  sepeda sebagai  alat transportasi.

Sejak Agustus tahun lalu, setiap jum’at, Greta tidak pergi ke sekolah. Dia membawa spanduk “Skolstrejk för klimatet “( mogok sekolah untuk perubahan iklim) dan  protes di depan Parlemen Swedia. Dia ingin mengembalikan perhatian pihak berwenang akan bencana alam yang sudah ada di depan mata.

Caranya itu  ternyata efektif, karena dalam waktu singkat, banyak teman – temannya ikut bergabung. Mereka bersama – sama meninggalkan ruang kelas, menyerbu jalanan dan berdemonstrasi. Akhirnya protes Greta di parlemen negaranya  itu menjadi fenomena global kaum muda!

Menurut Greta: “perubahan iklim ini adalah tanggung jawab dari generasi kita sebelumya. Bukan kita yang berkontribusi dalam menciptakan keadaan ini. Kita dilahirkan ke dalamnya dan kita harus menghabiskan seluruh hidup kita dan menderita. Itulah mengapa kita mengekspresikan dan akan terus melakukannya”.

Greta Thunberg

Karena keberaniannya dan  ide – idenya, Greta menjadi simbol pergerakan. Dia berhasil mengajak kaum muda untuk bersuara   lewat spanduk – spanduk, yang mereka bawa saat berunjuk rasa. Slogan yang membangkitkan semangat itu ditulis dengan pensil warna –warna:  “Kami bersama Greta, kami berbaris untuk Planet bumi”. “Kami tidak penting bagi bumi tetapi bumi yang penting bagi kami” dan “kami yang harus mengubah kebiasaan bukan iklim”.

Mereka mempergunakan kesempatan ini untuk berkumpul, berdiskusi dan menjalin persahabatan. Mereka juga berani mengeluarkan pendapat saat para wartawan mewawancarainya. ”Ini adalah saat yang tepat untuk menyadarkan  orang-orang supaya tidak ada waktu terbuang, bertindak secepatnya untuk melindungi planet bumi dan masa depan kita”.

Seorang pelajar dari Sekolah Menengah Atas ”Einstein” Milan, turut menyampaikan pendapatnya:  “Kami turun ke jalan karena kami tahu bahwa masa depan kami berisiko. Dalam beberapa tahun situasi di bumi tidak akan dapat diperbaiki.  Tidak ada planet b, kita hanya punya ini dan kita harus melestarikannya. Kita harus bertindak sekarang dan sebagai seorang siswa, saya rasa harus menuntut apa yang  menjadi hak saya”

#FridaysForFuture, Milan 2019.

“Pemanasan global sekarang menjadi fakta !”, demikian Greta menyampaikan pesannya di konferensi iklim dunia “Cop24” di Polandia. Dia juga menggarisbawahi pentingnya energi terbarukan dan komitmen yang diperlukan oleh para pemimpin dunia terhadap perubahan iklim.

Ketika Greta Thunberg beserta 30 rekannya diundang ke Forum Ekonomi Dunia di Davos tanggal 25 Januari 2019.  Dia juga menyatakan, bahwa banyak dari mereka yang hadir di ruang sidang secara langsung bertanggung jawab atas bencana yang akan datang.  Mereka hanya melindungi kepentingan pribadi dan berpura-pura tidak melihat perubahan bencana yang terjadi.

Sasaran  Greta Thunberg dan teman – temannya  adalah orang-orang kaya dan berkuasa di planet ini. Mereka yang menentukan nasib politik-ekonomi rakyat, namun terus berpura-pura tidak melihat masalah pemanasan global. Greta cs juga meminta supaya  isi  “Perjanjian Iklim Paris” dipatuhi oleh para pemimpin dunia. Mengurangi emisi gas rumah kaca dan  penerapan undang-undang baru yang tegas  untuk memotong proses kimia yang meracuni atmosfer kita.

#FridaysForFuture, Jerman 2019.

Greta tidak hanya bicara, tapi dia juga membawa banyak data dan bukti. Beberapa dasawarsa: polusi, bencana ekologis, dan eksploitasi sumber daya yang tak terkendali telah menyebabkan perubahan drastis iklim bumi. Suhu bumi meningkat secara signifikan,  rusaknya  keseimbangan ekosistem dan memicu gletser besar Antartika mencair lebih cepat. Menurut perkiraan, suhu global akan naik lebih dari 2 ° C selama dua puluh tahun ke depan.

Seorang ilmuwan Italia, Calibro di Zichichi juga mengatakan bahwa: Perubahan iklim sudah ada sejak  planet Bumi ada,   dan untuk memahaminya cukup dengan membaca  buku – buku pelajaran  di sekolah. Yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah polusi udara, air, dan tanah, yang melibatkan seluruh sistem biotik dan abiotik. Ini mengakibatkan kenaikan rata – rata suhu tanah (+ 3 ° C) di seluruh Eropa, artinya  efek rumah kaca digerakkan oleh lingkungan, terutama disebabkan oleh emisi industri gas rumah kaca.

Namun,  mereka yang memegang kendali papan catur internasional tampaknya belum berbuat banyak untuk membalikkan arah kebijakan lingkungan.  Mereka malah bersikeras mengklasifikasikan perubahan iklim seperti “bukan masalah”. Padahal perubahan iklim sudah menjadi salah satu faktor utama ketidakstabilan sosial, kemiskinan, kelaparan, perang dan migrasi.

#FridaysForFuture, Iceland 2019.

Salah  yang mendukung suara anak – anak muda ini  adalah Komisi Uni Eropa untuk kaum muda. Mereka berjanji dalam pemilihan komisi Eropa mendatang, perubahan iklim harus menjadi  prioritas utama  dalam setiap kampanye para kandidatnya. Mereka juga meminta kepada semua partai politik supaya memasukkan masalah lingkungan dalam program – program mereka.

Setelah didaftarkan oleh majalah  “Time” dalam peringkat 25 remaja paling berpengaruh di dunia, Greta juga mendapat dukungan dari Freddy André Øvstegård, anggota Parlemen Norwegia dan dua rekan partainya. Mereka menominasikan Greta Thunberg untuk Hadiah Nobel Perdamaian, atas komitmennya yang luar biasa untuk perubahan lingkungan. Hadiah Nobel 2019 akan diumumkan pada bulan Oktober mendatang.

Jika berhasil,  Greta Thunberg akan menjadi penerima Penghargaan Nobel  termuda  setelah Malala Yousafzai, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2014 untuk komitmennya pada penegasan hak-hak sipil dan hak untuk pendidikan wanita muda Pakistan. Ini juga akan menjadi yang kedua kalinya,  seseorang dihargai untuk aktivisme iklim. Yang pertama adalah dengan Al Gore, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada 2007, dengan Intergovernmental Panel on Climate Change, upaya menyebarkan pengetahuan tentang pemanasan global.

#FridaysForFuture,  mungkin baru langkah awal, semoga perjuangan mereka akan terus  berlanjut. Perjalanan untuk menjadikan   bumi lebih baik.  Memang masih panjang, namun semangat mereka memberikan bumi sebuah harapan. Jika terus belajar, apapun profesi mereka kelak,  semoga menjadi orang – orang yang berguna bagi kebaikan planet ini.

Mulailah dari sekarang, awali dari diri kita sendiri. Mungkin dari  hal – hal kecil, dibiasakan supaya menjadi kebiasaan. Tidak membuang sampah sembarangan, tidak merokok, hemat energi dan masih banyak hal lainnya. Yang pasti, jika kita ingin mengubah dunia ke arah lebih baik, ubahlah kebiasaan buruk kita dan yakinkan orang lain untuk bisa melakukan hal yang sama. Arrivederci…

 Trailer demontrasi kaum muda Milan untuk perubahan iklim:

Sumber :

https://www.facebook.com/Fridaysforfuture.org/

Exit mobile version